KOMPAS.com — Dalam buku referensi medis Mayo Clinic disebutkan, ada beberapa kondisi yang memiliki tanda dan gejala serupa dengan demensia (kepikunan), terutama pada orangtua. Ada dua kondisi yang sering disalahartikan sebagai demensia, yaitu depresi dan delirium.
Depresi dapat menimbulkan kesulitan dalam mengingat, berpikir jernih, dan berkonsentrasi. Ada kalanya depresi muncul dalam kaitan dengan demensia. Menurut penjelasan dr Samino, SpS (K), Ketua Asosiasi Alzheimer Indonesia, penyakti demensia bisa disertai gangguan perilaku.
"Makin lama modalitas intelektual seorang penderita demensia akan makin menurun, bahkan disertai gangguan psikobehaviour berupa denial, depresi, paranoid, serta agitasi. Semuanya ini diawali dengan gangguan memori dulu," kata dr Samino. Dalam kasus seperti ini, kemerosotan emosional serta intelektual dapat lebih ekstrem.
Sementara itu, delerium merupakan keadaan akut dari kebingungan mental yang berlangsung sementara, yang banyak dialami orangtua yang mengidap penyakit paru-paru atau jantung, penyakit infeksi, kekurangan gizi, interaksi obat, atau gangguan hormonal.
Seseorang yang tiba-tiba kehilangan orientasi, kehilangan berbagai keterampilan mental, atau kehilangan kesadaran lebih cenderung dianggap mengalami delirium daripada demensia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanDapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.