Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Salah Kaprah Fenomena Pola Makan Aneh

Kompas.com - 12/04/2010, 11:00 WIB

KOMPAS.com Fenomena anak-anak suka memakan benda-benda tak lazim kian sering ditemui di masyarakat. Sebut saja bocah pemakan odol dari lereng Gunung Wilis, Jawa Timur, yang juga suka menyantap oli atau sabun. Sebelumnya ada juga balita dari Surabaya yang hobi merokok dan menenggak minuman keras.  

Yang menyedihkan, orang di sekitarnya menganggap hal itu sebagai keunikan, bahkan si anak dianggap punya kekuatan magis dan diperlakukan seperti "orang pintar".

Menurut dr Kiki Madiapermana Samsi, spesialis anak dari Rumah Sakit Kemang Medical Care Jakarta, kondisi anak-anak dengan pola makan yang aneh disebut juga dengan pica.

"Penderita pica memang hobinya makan yang tidak masuk akal. Ada anak pica yang hobinya makan kertas, kotoran hidung, pasir, atau rambut," katanya.

Repotnya, sampai saat ini penyebab pica belum diketahui. Namun, secara umum pica sering terjadi pada dua kelompok anak, yakni anak yang tubuhnya kekurangan zat-zat tertentu, seperti besi dan seng.

"Kondisi tersebut mendorong mereka mengambilnya dari benda-benda di sekitarnya, misalnya dengan makan tanah," kata dr Kiki.

Kondisi kedua, pica terjadi pada anak-anak yang sulit diajarkan pola makan, seperti anak yang mengalami retardasi mental atau anak penyandang autis.

"Anak dengan kebutuhan khusus ini sering lolos dari pengawasan dan lebih sulit diajari," ujarnya.

Kendati demikian, pica juga bisa terjadi pada anak-anak normal bila orangtuanya kurang memberikan pengawasan, apalagi anak-anak pada dasarnya memang suka memasukkan benda-benda ke mulutnya. Bila tak ditangani dengan tepat, kondisi pica pada anak-anak bisa menetap dan terbawa hingga dewasa.

"Kalau anak merasa yang dimakannya menyenangkan untuk sensoriknya, maka mereka akan terus melakukan hal itu. Oleh karena itu, perlu diawasi apa saja yang dimakan anak. Orangtua juga perlu curiga bila hal itu jadi kebiasaan anak," kata staf pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara, Jakarta, ini.

Halaman Berikutnya
Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau