Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

7 Persen Orang Indonesia Jantungan

Kompas.com - 15/04/2010, 07:32 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Sekitar 7 persen penduduk Indonesia menderita gangguan jantung. Padahal, penyakit jantung saat ini merupakan penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Demikian menurut hasil Riset Kesehatan Dasar 2007 yang diadakan Kementerian Kesehatan.

Hal itu diungkapkan dr Delima, MKes, dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) dalam acara seminar Upaya Preventif dan Promotif Mengatasi Gangguan Sirkulasi Darah di Jakarta (14/4/2010).

"Dari 7 persen populasi, 0,9 persen sudah didiagnosis dokter dan sisanya menurut gejala-gejala gangguan jantung," papar dr Delima.

Berdasarkan prevalensinya, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam menduduki urutan pertama penyakit jantung di Indonesia, yakni 12,6 persen. Sementara Lampung menempati urutan terakhir, 2,6 persen.

Hasil survei menunjukkan, tidak ada kaitan antara status ekonomis sosial dan pendidikan dengan kejadian penyakit jantung. "Penderita penyakit jantung justru lebih tinggi di pedesaan. Mungkin karena masyarakatnya belum peduli pada kesehatan," kata Delima. Sementara itu, perempuan yang menderita penyakit jantung lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki.

Faktor determinan penyakit jantung untuk penduduk di atas usia 15 tahun antara lain adalah diabetes melitus (39 persen), hipertensi (13,1 persen), obesitas (11,4 persen), dan perokok (9,7 persen). Sementara faktor gaya hidup yang berpengaruh pada risiko penyakit jantung, antara lain, adalah kurang aktivitas fisik, merokok, pola makan tinggi lemak, serta kebiasaan mengonsumsi alkohol.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 dilakukan di 33 provinsi dan 440 kabupaten/kota dengan populasi seluruh penduduk Indonesia. Data dikumpulkan tahun 2007-2008.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com