Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Program Bayi Tabung Mahal, Ada Solusi?

Kompas.com - 25/04/2010, 17:25 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Program bayi tabung menjadi salah satu pilihan pasangan suami istri yang sulit memperoleh anak. Namun, hingga kini banyak yang mengeluhkan mahalnya mendapatkan bayi dengan teknik rekayasa produksi ini. Lantas, faktor apa yang meyebabkan mahalnya program ini?

Kepala Klinik Yasmin Kencana Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dr. Andon Hestiantoro, SpOG (K) menuturkan mahalnya obat-obatan hormon yang harus diminum oleh si ibu menjadi salah satu faktor tingginya biaya profram bayi tabung. Pasalnya, obat-obatan tersebut hingga kini masih impor dan Indonesia belum mampu memproduksinya sendiri. Di sisi lain, bea masuk obat-obatan ini termasuk dalam golongan bea masuk barang mewah, sehingga tarifnya 'selangit'. "Ya mungkin bisa 10 kali lipat lebih mahal, mahal sekali dibandingkan tetangga kita di Malaysia, Singapura apalagi di Vietnam," papar dr. Andon, di kantornya, Jakarta, Minggu (25/4/2010).

Namun, dr. Andon tidak menyebutkan besaran bea tarif untuk obat-obatan tersebut. Di negara tetangga, kata dr. Andon, obat-obatan tersebut disubsidi. Bahkan, di Vietnam ada kebijakan yang memberikan subsidi penuh bagi pasangan suami istri yang menjalani program bayi tabung. Artinya, program ini dijalani secara gratis.

Berkaitan dengan itu, Pemerintah menyusun tarif bea masuk baru bagi obat-obatan untuk program bayi tabung. Ini dilakukan agar calon peserta bayi tabung di Indonesia tidak lari ke luar negeri karena biayanya yang lebih murah. "Kita tidak muluk-muluk. Tetapi mungkin bea masuk dapat diringankan. Itu sudah cukup," tutur dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com