Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sindrom Klinefelter, Bukan Kelamin Ganda

Kompas.com - 05/05/2010, 10:03 WIB

JAKARTA, KOMPAS.COM - Kasus yang menimpa Alterina Hofan (32) menarik perhatian karena ia dianggap memiliki kelamin ganda akibat kelainan genetik yang disebut sindrom Klinefelter.

Hofan harus meringkuk di Rumah Tahanan Pondok Bambu karena dianggap memalsukan identitas. Penahanan Hofan di rutan khusus wanita itu karena Kejaksaan Tinggi DKI meyakini bahwa dia berkelamin perempuan.

Suami Jane Deviyanti Hadi Puspito (23) itu dijerat dengan pasal pemalsuan identitas jenis kelamin. Dia dituduh dengan Pasal 266 KLJ-IP juncto Pasal 263 KLHP tentang pemalsuan identitas dalam akta otentik, baik lewat keterangan palsu maupun secara tertulis.

Padahal, menurut surat Hasil Pemeriksaan Forensik Nomor 1145/TU.FK/X/2009 tertanggal 20 Oktober 2009 yang ditandatangani dr Munim Idris, Hofan dinyatakan sebagai laki-laki yang memiliki kelainan yang dikenal dengan istilah kedokteran sindrom Klinefelter.

Lalu, apakah sindroma Klinefelter itu? Benarkah mereka yang mengalami kelainan ini memiliki kelamin ganda?

Menurut penjelasan situs Mayoclinic, sindrom Klinefelter adalah salah satu jenis kelainan genetik yang sering dialami oleh kaum pria.  Kelainan ini biasanya terjadi akibat hasil dari penggandaan ekstra kromosom X  pada setiap sel.  Di dunia, sindrom  Klinefelter dialami oleh satu di antara 500 pria hingga satu di antara 1.000 pria.

Pria normal biasanya mempunyai seks XY(satu kromosom X dan satu kromosom Y); mereka yang mengidap sindrom Klinefelter mempunyai kurang lebih satu tambahan kromosom X.  Dengan begitu, mereka mungkin dapat digambarkan sebagai pria berkromosom seks XXY atau pria dengan sindrom XXY. Pada kasus yang jarang, ada pula pengidap sindrom Klinefelter memiliki sebanyak tiga atau empat kromosom X atau satu atau lebih tambahan kromosom Y.

Terjadi saat pembentukan embrio
Sindrom Klinefelter terjadi ketika kromosom seks ekstra dari salah satu orangtua diturunkan pada bayi laki-laki semasa pembentukan embrio. Penurunan kromosom ekstra ini terjadi secara acak dan kebetulan.

Tidak seperti halnya kelainan kromosom lain seperti Down syndrome, mereka yang keluarganya ada sejarah sindrom Klinefelter atau ibunya yang melahirkan di usia tua tidak secara otomatis bakal mengalami kelainan ini.

Payudara besar dan mandul
Pengaruh dan tanda-tanda sindrom Klinefelter sangatlah bervariasi dan tidak sama pada setiap pria yang mengalaminya. Kondisi paling umum adalah sindrom ini memengaruhi pertumbuhan organ testis sebagai penghasil sperma. Anak yang lahir dengan sindrom ini memiliki hormon testosteron yang rendah. Alhasil, pertumbuhan otot, bentuk tubuh dan bulu-bulu pada wajahnya pun tidak berkembang baik. Selain itu, pria pengidap sindrom ini mengalami pembesaran jaringan payudara (gynecomastia).

Walau mengidap kelainan, banyak pria dengan sindrom Klinefelter hidup normal dan tak menyadari bahwa mereka mengidapnya. Mereka tidak menyadari kelainan tanda-tanda fisik, emosional atau mental dari gangguan ini. Oleh karena itu, banyak ahli kesehatan lebih suka untuk menyebutkan pria dengan tambahan kromosom X ini sebagai “pria XXY”. Ini menghilangkan beberapa hal negatif yang menyangkut istilah “sindrom”.

Pada kebanyakan penderita Klinefelter, mereka mengalami inferitilitas atau kemandulan sehingga tidak dapat membuahi sel telur dan memberikan anak. Walau begitu, seiring kemajuan teknologi kedokteran, ada beberapa penderita yang dapat dibantu sehingga menjadi fertil.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com