Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Makanan Penetral 'Fast Food'

Kompas.com - 19/05/2010, 13:42 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Kehadiran fast food langsung disukai oleh masyarakat karena cocok untuk gaya hidup orang modern. Cara penyajiannya cepat sehingga semua orang bisa menyantapnya sambil berdiri atau berjalan, bahkan jalan-jalan di taman kota. Bertahun-tahun gaya hidup serba instan itu berjalan, sampai akhirnya mereka sadar bahwa fast food telah membuat jumlah orang gemuk meningkat tajam.

Tak hanya itu, obesitas juga bisa menjadi masalah yang sangat serius. Di Amerika Serikat misalnya, banyak kasus kematian terkait dengan masalah kelebihan berat badan. Dari berbagai survei maupun penelitian terungkap, penggemar fast food juga rentan terkena penyakit jantung koroner.

Sebuah penelitian di Perancis mengungkapkan, beberapa jenis makanan seperti almon, alpukat, bluberi, dan kismis dapat dijadikan penawar dari berbagai kandungan buruk dalam fast food.

Namun, karena sifatnya hanya menetralkan, tentu saja usaha terbaik untuk mengurangi beragam risiko akibat konsumsi fast food berlebihan adalah kesadaran untuk hidup sehat dengan memilih dan mengatur menu maupun pola makan yang sehat seimbang. Berikut uraian lengkap empat bahan makanan tersebut:

Almon
Almon memiliki rasio nutrisi kalori tinggi dibandingkan dengan kacang-kacangan lain. Meski berkalori tinggi, sebagian besar lemaknya tunggal atau tidak jenuh. Lemak tersebut termasuk lemak baik yang tidak akan meningkatkan risiko penyakit jantung atau kanker.

Penelitian menunjukkan bahwa almon membantu menurunkan kadar kolesterol sehingga dapat mengurangi risiko penyakit jantung koroner. Penelitian terakhir menunjukkan bahwa almon membantu menurunkan 7-10 persen kadar kolesterol LDL (kolesterol buruk).

Mengonsumsi segenggam almon (kira-kira seberat 28 gram) setiap hari dapat menjadi anti-aging alami karena mengandung 35 persen total kebutuhan vitamin E. Vitamin ini terbukti mampu menjaga kesehatan sel-sel dan meredam proses penuaan.

Almon mengandung cukup banyak magnesium, folat, vitamin E, serat, dan potasium yang diperlukan untuk memelihara kesehatan jantung, juga kalsium dan zat besi. Kombinasi nutrisi dan serat pada almon menjadikannya sumber makanan yang baik untuk pengaturan makan sehat. Almon dapat dikonsumsi langsung atau sebagai campuran bahan makanan lain, seperti kue ataupun roti.

Alpukat
Alpukat bisa menurunkan kolestrol hingga 8,2 persen, sedangkan makanan tak berlemak hanya 4,9 persen. Hebatnya lagi, alpukat mampu menstabilkan kadar kolestrol HDL (kolestrol baik) karena mengandung zat monounsaturated (semacam lemak ringan) sama dengan asam lemak pada minyak zaitun.

Daun alpukat mengandung alkohol yang dikenal sebagai peluruh air seni. Bijinya bisa dimanfaatkan untuk menurunkan kadar gula. Kandungan zat besi pada alpukat juga memiliki manfaat bagi tubuh. Di dalam tubuh zat ini berfungsi sebagai pigmen pengangkut oksigen dalam darah. Oksigen diperlukan untuk menormalkan fungsi seluruh sel tubuh.

Kandungan kaliumnya, menurut beberapa penelitian, mampu mencegah timbulnya stroke dan jantung koroner. Hal ini dimungkinkan karena di dalam tubuh, kalium berperan membuat jantung berdenyut teratur, mengaktifkan kontraksi otot, mengendalikan keseimbangan air dalam jaringan sel, dan mengatur tekanan darah.
Cara pemanfaatannya dapat dimakan langsung atau dibuat jus. Untuk jus, pilih jenis alpukat berdaging dan tebal dengan sedikit campuran gula.

Bluberi    
Buah ini merupakan salah satu jenis makanan untuk mengalahkan kerutan dan menguatkan tubuh. Buah ini dibungkus dengan polifenol, anti-oksidan yang sangat ampuh membantu memerangi kerusakan sel akibat radikal bebas yang terjadi saat tubuh membakar oksigen.

Produksi radikal bebas meningkat karena sejumlah faktor, antara lain, kebiasaan merokok dan polusi. Hal ini juga dikaitkan dengan meningkatnya risiko penyakit jantung dan kanker tertentu. Radikal bebas mempercepat juga proses penuaan. Jangan lupa konsumsi bluberi dengan sereal atau susu agar tetap fit dan bugar.

Kismis
Tidak semua orang kenal manfaat kismis. Padahal, selain enak, kismis kaya kalori, serat, dan mineral. Makanan yang bisa dijadikan camilan ini banyak mengandung anti-oksidan dan serat, serta baik bagi kesehatan mulut dan gigi.

Kismis (raisin] dibuat dengan cara mengeringkan buah anggur tidak berbiji, terutama dari jenis virufera, seperti zlwmpson seedless. Anggur jenis tersebut selain tidak berbiji, juga memiliki kulit tipis, serta aroma dan rasa yang sangat manis. Buah ini mudah dikeringkan, serta tidak perlu ditambahkan gula sebagai pengawet. Di California, 95 persen kismis dibuat dari anggur jenis tersebut.

Proses pengeringan buah anggur dapat dilakukan secara alami dengan sinar matahari atau menggunakan oven. Proses pengeringan dilakukan hingga mencapai kadar air 15-18 g dan gula 68-70 g per 100 g kismis. Kismis yang baik memiliki warna coklat kehitaman atau keemasan.

Penelitian yang dilakukan Andrew J Dannenberg dari Weill Medical College-Cornell University pada hewan percobaan menunjukkan, catechin (salah satu jenis fenolik yang bersifat sebagai anti-oksidan) pada kismis dapat mengurangi terbentuknya tumor hingga 70 persen. Anti-oksidannya dapat melindungi sel dan kerusakan oksidatif sehingga menghambat proses penuaan, baik pada tubuh maupun otak. Anti-oksidan juga penting untuk melindungi kolesterol dan lemak darah dari proses oksidasi.

Lemak teroksidasi yang terdapat di dalam darah akan menumpuk pada dinding arteri dan menyebabkan penyempitan (aterosklerosis). Penyempitan pembuluh darah tersebut pada gilirannya dapat menyebabkan penyakit jantung koroner, stroke, dan hipertensi. @Lalang Ken Handita

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com