Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terapi Musik untuk Anak Cacat

Kompas.com - 02/06/2010, 16:02 WIB

Oleh Dahlia Irawati

Cacat fisik bukanlah akhir segalanya. Bagi Syenny (52), cacat fisik bukan berarti cacat pemikiran. Melalui musik, kecacatan itu bisa sedikit dilupakan.

Syenny adalah pengajar terapi musik di Yayasan Pendidikan Anak Cacat (YPAC) Kota Malang. Melalui nyanyian vokalnya diiringi lantunan kulintang, angklung, drum mini, dan alat musik lain, Syenny mengajak anak-anak tunadaksa dan tunagrahita bersenang-senang.

"Anak-anak merasa senang kalau mendengarkan musik. Musik membuat mereka bersemangat, memupuk rasa kebersamaan, dan meningkatkan konsentrasi belajar," ujar perempuan yang menggeluti terapi musik untuk anak-anak cacat sejak 1987 itu.

Meskipun tidak bisa menyanyi dengan baik, menurut Syenny, anak-anak cacat yang dia ajari menjadi lebih berfokus dan bergembira. Apalagi, terapi musik ini digabungkan dengan fisioterapi dan terapi wicara. Maka, kemajuan kemampuan anak-anak di YPAC dinilai terlihat sangat jelas.

"Ada anak, yang semula tidak bisa ngomong, akhirnya bisa lancar berbicara. Ini memang bukan murni karena terapi musik. Ini juga karena terapi fisik dan terapi wicara. Namun, si anak memang sangat mencintai musik," ucap Syenny.

Mengajarkan musik kepada anak-anak YPAC bukanlah hal mudah. Semangat, rasa percaya diri, dan beragam bentuk perasaan serta perilaku anak-anak ini kadang lebih menonjol dari anak-anak lain, yang membuat kelas musik terapi tidak jalan. Namun, hal itu bukan halangan.

"Ada anak yang sangat senang pada ketipung. Setiap kelas musik terapi, ia memilih bermain ketipung. Ini tentu tidak bisa karena alat musiknya kadang harus bergantian," ujar ibu satu anak ini.

Syenny mengajar musik seminggu tiga kali dengan lama mengajar 30 menit per sesi. Awalnya anak-anak diajarkan solmisasi (do, re, mi, fa, sol) musik dengan gambar-gambar.

"Namun ini tergantung pada anaknya. Kalau memang mereka bisa menerimanya, maka akan diajarkan. Kalau tidak bisa, saya akan menggunakan tepukan tangan di kaki atau kepala, asalkan mereka mengerti saja," ujar perempuan yang juga duduk di kursi roda itu.

Bersama rekannya, Jalil, Syenny selalu mengajak anak-anak bergembira sesuai dengan keinginan mereka. Jika mereka menyukai musik ST 12, Syenny dan Jalil akan memperdengarkan musik-musik ST 12.

Meski sebagian besar anak ini harus memainkan drum, piano, dan alat-alat musik imitasi dari plastik, keceriaan di wajah anak-anak SD-SMP ini tidak pernah surut.

"Musik tidak hanya dibutuhkan anak-anak ini, tetapi juga orang umum. Musik akan membawa kegembiraan dan menjadikan kita lebih berfokus mengerjakan segala hal," ucap perempuan yang kehilangan suami tercinta, Zaenal Arifin, karena meninggal dunia sejak anaknya berusia empat tahun.

Pasti senang

Salah satu keinginan Syenny kini adalah melihat anak-anak didiknya bisa tampil di muka publik. Ini untuk menunjukkan mereka pun jago dalam bermusik meski secara fisik kurang.

"Selama ini orang mungkin belum tahu anak-anak ini bisa bermusik. Kalau ada waktu dan kesempatan, mereka pasti senang unjuk kebolehan di depan banyak orang. Selama ini mereka berpentas hanya saat acara-acara sendiri," tutur Syenny.

Musik memang bukan sekadar lantunan nada. Musik, bagi Syenny dan anak-anak cacat ini, juga mengalunkan harapan untuk menjadi lebih baik dan lebih bersemangat dalam hidup.

Buktinya, musik membawa kekuatan bagi Syenny. Meski menjadi orangtua tunggal dan harus membesarkan serta membiayai anaknya hingga lulus sarjana, Syenny tidak pantang menyerah.

Ia berhasil menyekolahkan anak semata wayangnya menjadi sarjana pendidikan, yang kini bekerja pada program PNPM Mandiri di Jayapura, Papua. Kini Syenny menanti lahirnya harapan baru dalam wujud sang cucu.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com