Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Klaster Tanaman Herbal

Kompas.com - 05/06/2010, 17:01 WIB

SEMARANG, KOMPAS - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah bersama Pemerintah Kabupaten Karanganyar kini mengembangkan klaster budidaya tanaman herbal di enam kecamatan di Karanganyar. Klaster tersebut diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat setempat.

"Apalagi, budidaya tanaman herbal ini sangat prospektif karena di Jateng banyak terdapat industri jamu," ujar Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Jateng Agus Suryono, di Kota Semarang, Kamis (3/6).

Klaster budidaya tanaman herbal ini dikembangkan sejak Desember 2009 di Kecamatan Jumantono, Jumapolo, Kerjo, Mojogedang, Ngargoyoso, dan Jatipuro. Tanaman yang dibudidayakan di atas lahan seluas 170 hektar itu meliputi, jahe, kencur, kunyit, lengkuas, laos, dan temulawak.

Dengan adanya klaster, petani dapat menyuplai langsung bahan baku tenaman herbal ke industri jamu karena memproduksi tanaman dalam jumlah besar. "Sebelum tergabung dalam klaster, petani tidak bisa menyuplai langsung karena produksinya sedikit," kata Agus.

Melalui sistem klaster, pengelolaan tanaman herbal terintegrasi sehingga memudahkan petani untuk memasarkan tanaman mereka. "Petani tidak hanya memproduksi tanaman, tetapi juga berbagi peran dalam mencari pasar dan menyediakan pupuk," katanya.

Ketua Klaster Budidaya Tanaman Herbal Karanganyar, Suparman, mengakui, terdapat sekitar 300 petani dari 10 kelompok tani yang tergabung dalam klaster ini. Saat ini, mereka tengah menjalin kerja sama dengan perusahaan jamu di Jateng, seperti PT Sido Muncul, PT Borobudur, dan salah satu perusahaan jamu di Yogyakarta.

Dengan bergabung dalam klaster, petani merasakan manfaat langsung karena harga jualnya naik. Jika sebelumnya petani hanya menjual ke pedagang, sekarang langsung dijual ke industri. "Tahun lalu, harga kunyit hanya Rp 400 per kilogram, tetapi sekarang bisa dihargai Rp 900-Rp 1.000 per kilogram karena tidak perlu lewat pedagang," kata Suparman.

Selain suplai ke industri jamu, petani mulai membuat minuman serbuk jahe yang dipasok hingga ke Jakarta dan Kalimantan.

Pengamat ekonomi dari Universitas Diponegoro, Semarang, FX Sugiyanto, menilai sistem klaster adalah salah satu model untuk mengembangkan perekonomian lokal. (ilo)

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com