Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Serangan Jantung pada Perempuan

Kompas.com - 04/07/2010, 03:53 WIB

DR Samsuridjal Djauzi

Saya sudah pensiun sejak tiga tahun lalu dan sekarang berusia 63 tahun, istri berusia 58 tahun. Saya termasuk sering sakit, penderita diabetes mellitus dan penyakit jantung koroner. Saya pernah beberapa kali dirawat di rumah sakit dan terakhir mengalami pemasangan cincin di pembuluh darah koroner jantung.

Sekarang keadaan kesehatan saya stabil, tetapi saya harus mengonsumsi obat yang lumayan banyak. Istri saya relatif lebih sehat. Hanya, sejak menopause dia jadi lebih gemuk dan kadar kolesterolnya juga tinggi. Dia berusaha menurunkan berat badan dengan susah payah, turun sebentar, tetapi kembali naik lagi. Kadar kolesterol juga kurang terkendali. Dua minggu yang lalu istri saya merasa lemas dan pingsan. Saya mengira dia kurang gula. Namun, karena keadaannya tampak sakit berat, saya antarkan ke ruang gawat darurat rumah sakit.

Saya amat terkejut dengan diagnosis dokter, ternyata istri saya menderita infark miokard akut alias serangan jantung. Saya tak pernah menduga dia akan terkena serangan jantung. Sepanjang pengetahuan saya, serangan jantung pada umumnya menyerang laki-laki. Perempuan jarang terkena serangan jantung. Lagi pula gejalanya amat berbeda dengan gejala yang pernah saya alami. Sewaktu saya mengalami serangan jantung, terasa nyeri dada yang hebat di dada kiri dan juga sesak napas. Sesak tak mau hilang meski saya sudah mengubah posisi tidur.

Untunglah anak-anak membawa ke rumah sakit dan saya dapat ditolong sebelum terlambat. Sekarang kami hanya berdua di rumah. Anak kami tiga orang sudah berkeluarga dan tinggal di rumah mereka. Kami hanya bertiga di rumah, yaitu saya, istri, dan pembantu. Saya ingin memperoleh penjelasan apakah memang sekarang perempuan juga dapat terkena serangan jantung? Apakah gejala serangan jantung tersebut berbeda dengan laki-laki? Apakah komplikasi dan faktor pencetusnya sama? Saya memerlukan informasi tersebut karena sampai saat ini penyakit jantung koroner saya stabil? Saya juga berharap istri saya akan dapat menjaga jantungnya dan tak mengalami serangan jantung berulang. Terima kasih atas penjelasan dokter.

M di J 

Penyakit jantung koroner memang merupakan penyakit jantung yang sering dijumpai di negeri kita. Kekerapan penyakit jantung koroner meningkat seiring dengan perubahan gaya hidup kita, terutama yang tinggal di kota besar. Makanan banyak mengandung lemak, kurang berolahraga, dan ditambah lagi dengan kebiasaan merokok.

Sudah tentu beberapa penyakit, seperti kencing manis, darah tinggi, serta usia tua juga akan meningkatkan risiko penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner sudah merupakan salah satu penyebab utama kematian di negeri kita. Karena itu, pada tempatnyalah kita peduli pada penyakit ini dan berusaha mengurangi risikonya. Salah satu upaya mencegah penyakit jantung koroner adalah dengan mengamalkan gaya hidup sehat. Mengonsumsi makanan yang tak tinggi lemak, rajin berolahraga, serta mengendalikan kencing manis atau darah tinggi jika ada.

Anda benar, pada perempuan yang belum masuk masa menopause, serangan jantung pada laki-laki jauh lebih sering daripada perempuan. Namun, setelah menopause, ternyata risiko terkena serangan jantung pada perempuan meningkat hampir menyerupai laki-laki. Mungkin hormon estrogen yang mulai menurun pada menopause merupakan faktor pencegah serangan jantung. Karena itulah, perempuan yang sudah mengalami menopause harus hati-hati terkena serangan jantung seperti juga laki-laki. Caranya sudah tentu mengamalkan gaya hidup sehat sejak muda, bahkan kalau dapat sejak masa anak-anak.

Perempuan

Penelitian mengenai gejala penyakit memang sering dilakukan pada laki-laki sehingga informasi gejala penyakit pada perempuan amatlah minim. Padahal, gejala penyakit pada perempuan, seperti serangan jantung, mungkin berbeda dengan laki-laki. Ini tentu menimbulkan kesulitan. Dokter cenderung mengabaikan kemungkinan serangan jantung pada perempuan karena kekerapan serangan jantung pada perempuan dianggap rendah dan jika dokter peduli pada risiko ini, gejala penyakit yang timbul mungkin berbeda dengan gejala serangan jantung yang selama ini dipahami dokter.

Untunglah kesadaran tentang pentingnya mengikutsertakan populasi perempuan pada berbagai penelitian kedokteran, termasuk gejala penyakit sekarang, sudah meningkat. Kita berharap akan dapat memahami gejala berbagai penyakit pada perempuan lebih baik. Mengenai upaya mencegah serangan jantung berulang pada laki-laki dan perempuan hampir sama. Berbagai faktor risiko yang disebutkan tadi harus dikendalikan dengan baik. Begitu pula beberapa obat yang digunakan untuk pencegahan sekunder perlu dikonsumsi secara teratur.

Memang semakin banyak orang berusia lanjut yang tinggal bersama anak. Untunglah kebiasaan tinggal di rumah penampungan usia lanjut masih belum menjadi kebiasaan umum di negeri kita. Meski tidak tinggal serumah, anak dan cucu biasanya datang secara teratur, bahkan cukup banyak kakek dan nenek yang bersedia mengasuh cucu mereka jika kedua orangtua mereka sibuk atau keluar kota. Mudah-mudahan keakraban suatu keluarga besar masih dapat kita nikmati meski anak-anak sekarang lebih suka punya rumah sendiri daripada tinggal pada orangtua mereka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com