YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Klinik berhenti merokok yang dibuka di Kompleks Balaikota Yogyakarta sejak 1,5 bulan lalu masih sepi pengunjung. Kesadaran para perokok di kalangan pegawai Pemerintah Kota Yogyakarta untuk memanfaatkan klinik tersebut dinilai masih kurang.
Klinik yang diresmikan saat peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia pada 31 Mei lalu hingga kemarin baru dikunjungi tujuh pasien. Itu pun, hanya dua orang yang berstatus perokok aktif. Lima orang sisanya merupakan perokok pasif dan mantan perokok.
"Sering kali setiap buka tidak ada yang berkunjung sama sekali. Paling-paling pegawai hanya mampir dan menyapa saja," kata Adi Luhung Prakoso, asisten konsultan klinik, yang beroperasi setiap Selasa dan Jumat pukul 11.00-14.00 tersebut, Jumat (16/7/2010).
Ketujuh orang yang pernah berkonsultasi itu pun belum kembali lagi untuk mengikuti konsultasi lanjutan. Padahal, terutama bagi perokok aktif, tak cukup hanya sekali berkonsultasi berdurasi 15-30 menit kemudian langsung berhenti merokok. "Idealnya, mereka harus terus konsultasi hingga benar-benar berhenti merokok," katanya.
Namun, sepinya klinik itu diakui Adi menjadi tantangan yang wajar dialami. Pasalnya, tak mudah untuk menggugah para perokok yang telah kecanduan sekian lama untuk berhenti dan mengikuti konsultasi tersebut. Kesadaran dan niat berhenti harus datang dari si perokok itu sendiri, tak bisa dipaksakan.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.