Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Permintaan Maaf yang Baik dan yang Buruk

Kompas.com - 22/08/2010, 03:43 WIB

Sawitri Supardi Sadarjoen

A melihat permintaan maaf seseorang merupakan sarana manipulatif untuk membuat orang lain terdiam dan mencoba meraih moralitas dari sesuatu yang luhur menjadi terpuruk.

Si A mengatakan kepada saya, ”Saya tidak pernah minta maaf dan saya juga tidak menerima permintaan maaf dari orang lain. Karena bila orang meminta maaf pada saya, mereka mencoba untuk membuat saya terdiam dari kemarahan oleh perbuatan yang dilakukannya. Dan sebenarnya saat mereka meminta maaf, mereka merasa seperti ini. ’Lihatlah saya sudah berusaha membuatnya diam dan sudahlah tidak perlu diperpanjang lagi....’”

Permintaan maaf yang baik

Sedangkan H menyatakan bahwa setelah dia mendengar pendapat si A, ia merasa , ”Wah, benar-benar berbeda pendapat A tentang permintaan maaf dengan saya, sedangkan saya merasa bahwa apabila seseorang menyatakan dengan tulus permintaan maafnya, saya langsung merasa lega dan terbebas dari kemarahan dan terasa nyaman di hati. Dan apabila saya menyatakan permintaan maaf kepada seseorang dengan rasa tulus pula, maka saya juga merasa telah memenuhi kewajiban saya sehingga saya merasa benar-benar lega. Dengan demikian, rasa salah saya hilang dan dengan permintaan maaf, saya berharap relasi yang menjadi buruk oleh perlakuan saya tersebut bisa menjadi pulih kembali.”

H selanjutnya berpendapat bahwa tanpa kemungkinan permintaan maaf kepada manusia, maka kekurangan yang menjadi sifat manusia akan dirasakan sebagai sesuatu yang tragis. Penyampaian permintaan maaf yang lembut dan tulus, menjadi tuntutan sosial bagi perbaikan penghayatan kenyamanan dan integritas bagi seseorang yang benar-benar secara jujur mengakui telah berbuat salah.

Namun, sejauh itu A dan H memiliki kesamaan pendapat bahwa perempuan lebih sering meminta maaf daripada laki-laki. Bahkan, sering perempuan merasa bersalah apabila mereka tidak mampu memberikan pelayanan afektif kepada orang lain, dan secepat itu pula perempuan merasa bertanggung jawab terhadap relasi yang terjalin dengan orang lain, menjadi tidak nyaman, yang sering diikuti dengan permohonan maaf.

Permintaan maaf yang buruk

Memang tidak setiap permintaan maaf meninggalkan rasa nyaman pada orang lain atau pada diri kita sendiri. Karena permintaan maaf sering ditawarkan kepada kita dilakukan tanpa ketulusan yang hakiki, tetapi sekadar hanya merupakan upaya ringan untuk keluar dari situasi yang sulit. Atau, mungkin kata maaf yang terlontar hanya membuat seseorang keluar dari keadaan terpojok.

Misalnya, kita pasti merasa kurang nyaman apabila pasangan kita mengatakan, ”Maaf, ya saya tadi membuatmu marah dengan kritik saya di muka teman-temanmu tentang lelucon yang kamu ceritakan kepada mereka.”

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com