Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berapa Lama Efek Liburan?

Kompas.com - 14/09/2010, 12:54 WIB

KOMPAS.com - Baru kelar liburan panjang? Apa yang ada di nalar Anda saat ini? Bahagia dan recharged atau justru tambah stres.

Menurut survei, kebanyakan orang yang baru kembali dari berlibur beberapa hari merasa tidak lebih bahagia ketimbang sebelum berangkat berlibur. Malah, menurut studi, liburan tidak membuat seseorang bahagia, setidaknya tidak untuk jangka panjang. Akademisi dari Belanda, Jeroen Nawijn, dari Erasmus University, Rotterdam menyelidiki hubungan antara liburan dan kebahagiaan pada 1.530 pria dan wanita dengan usia rata-rata 50 tahun.

Masing-masing responden baru saja pulang dari liburan. Mereka ditanya berapa lama mereka berlibur, sudah berapa lama sejak pulang, dan merating mood yang dirasa. Hasilnya, didapati bahwa para responden tidak merasa lebih baik atau lebih bahagia ketimbang 1-2 bulan sebelum mereka pergi berlibur.

Menurut penelitian Nawijn, manfaat maksimum liburan hanya bisa dinikmati selama 2 minggu sejak kepulangan. Setelah itu, kita tak merasa lebih bahagia dibanding sebelum berangkat.

Tetapi, bukan berarti bahwa berlibur adalah kegiatan buang-buang waktu. Mereka yang sudah mem-booking liburan tetapi belum berangkat merasa lebih bahagia ketimbang mereka yang tidak berencana berlibur. Dalam kata lain, kita menganggap berlibur bisa membuat kita bahagia, padahal, nyatanya tak begitu.

"Mereka yang pernah melewati liburan yang menyenangkan membuat diri merasa lebih hidup, namun kemudian harus kembali kepada kenyataan kehidupan untuk kembali ke pekerjaan dan rutinitas harian," ujar Oliver James, psikolog.

Felicia Huppert, profesor psikologi di Cambridge University mengatakan, hasil studi di atas bisa jadi penyalahartian kebahagiaan dengan mood yang dirasakan seseorang di saat itu. "Cara mereka mensurvei adalah dengan mengukur apa yang dirasakan saat itu. Jika Anda ingin mengukur sesuatu yang tidak stabil, Anda akan menemukan bahwa hal tersebut akan kembali ke tingkat normal," tegasnya.

"Saat ini para psikolog sedang mendalami lebih lanjut mengenai kebahagiaan dalam bentuk yang berbeda. Yang lebih berhubungan dengan tujuan hidup, seperti kepercayaan diri dan hubungan dengan orang lain," jelas Felicia.

Misal, jika seseorang menemukan dirinya sangat menyukai arsitektur atau kecintaannya terhadap pasangannya pada saat ia sedang berlibur, maka hal ini bisa mengacu kepada peningkatan kebahagiaan.

Jawabannya, menurut Nawijn, adalah dengan memaksimalkan kebahagiaan dengan tidak mem-booking liburan yang panjang dan lama, tetapi dengan berlibur dalam waktu singkat namun sering. "Nampaknya, panjang dari efek berlibur tidak bisa diasosiasikan dengan panjang liburan itu sendiri."

Kalau Anda, bagaimana? Merasa lebih refreshed atau lebih bersemangat sekembalinya pulang berlibur? Berapa lama efek itu biasanya bertahan?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com