Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penanganan HIV/AIDS Jauh dari Harapan

Kompas.com - 25/09/2010, 09:43 WIB

Jakarta, Kompas - Target Tujuan Pembangunan Milenium untuk pengendalian HIV/AIDS diakui sulit tercapai. Peningkatan kasus HIV/AIDS di lapangan semakin memprihatinkan akibat penanganan yang tidak menyentuh persoalan sosial kultural, pola pikir, dan perilaku seksual.

Berdasarkan catatan Kementerian Kesehatan, kasus AIDS meningkat pada lima tahun terakhir. Jumlah kasus menjadi delapan kali lipat—2.684 kasus pada 2004 menjadi 17.699 kasus pada pertengahan 2009. Sampai Juni 2010, tercatat 21.770 kasus AIDS.

Sekitar 49,3 persen penularan HIV melalui hubungan seksual heteroseksual. Setelah itu, penularan lewat jarum suntik di kalangan pengguna narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lain (napza) sebesar 40,4 persen. Pengguna narkoba dengan jarum suntik umumnya berusia muda dan juga beraktivitas seksual.

Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Aditama mengatakan, Jumat (24/9) di Jakarta, target sasaran 6 Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) ialah memerangi HIV/AIDS, malaria, dan tuberkulosis. Untuk tuberkulosis, target-target telah tercapai. Deteksi kasus telah mencapai 70 persen dan kesembuhan mencapai 85 persen. ”Jika dahulu Indonesia masuk tiga besar dunia untuk penderita tuberkulosis, sekarang negara kelima terbesar, sesuai laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini,” ujarnya.

Tjandra mengatakan, tingginya temuan kasus HIV/AIDS tidak lepas dari penggalakan voluntary counseling and testing (VCT). Di Indonesia, penyebaran HIV/AIDS belum mencapai puncaknya. Pemerintah telah memberikan obat antiretroviral (ARV) pada yang harus meminumnya.

Soal kultur Kendala besar pengendalian HIV/AIDS, yaitu adanya hambatan secara sosial, kultur, dan pola pikir terhadap seks serta perilaku seks.

”Sebagai contoh, masih banyak tentangan terhadap kewajiban memakai kondom dan harm reduction (pengurangan dampak), seperti pemberian jarum suntik steril dan terapi rumatan metadon, dianggap melegitimasi perilaku negatif,” ujarnya. Padahal, itu merupakan kebijakan spesifik.

Hal lain yang dianggap masih meleset dari harapan ialah belum signifikannya edukasi terhadap masalah HIV/AIDS, harm reduction, dan pemakaian kondom.

Aktivis HIV/AIDS sekaligus Guru Besar Psikologi Universitas Katolik Atma Jaya Prof Irwanto mengatakan, target MDGs untuk pengendalian HIV/AIDS sangat sulit tercapai pada 2015. ”Di daerah seperti Papua, HIV/AIDS masuk ke populasi umum,” ujarnya.

Dia berpendapat, arah upaya pemerintah dan berbagai organisasi sudah tepat, tetapi cakupannya belum memadai. ”Untuk itu, berbagai sektor harus berperan aktif. Perlu intervensi struktural dan komitmen berbagai sektor,” ujarnya. (INE)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com