Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpaksa Aborsi karena "Morning Sickness"

Kompas.com - 25/09/2010, 11:35 WIB

Morning sickness atau gejala mual dan muntah sering dianggap sebagai pengorbanan kecil yang harus diterima calon ibu sebelum kelak menimang bayi. Namun, tak sedikit ibu hamil yang menderita muntah berat (hiperemesis gravidarum) sehingga membahayakan nyawanya.

Hiperemesis gravidarum biasanya terjadi pada trisemester pertama sebagai akibat hormon kehamilan. Di Inggris, kondisi ini menimpa 1 dari 50 ibu hamil. Keadaan ini cukup mengganggu karena ibu hamil sampai bisa tidak makan dan minum sama sekali, kekurangan cairan, gangguan elektrolit, lemah, bahkan hingga tidak bisa melakukan aktivitas apa pun.

Kondisi tersebut dialami Amie Diston (20), wanita asal Inggris. Hipermesis membuat kondisinya sangat parah sehingga ia terpaksa menggugurkan kandungannya di usia 10 minggu.

"Sepanjang hari saya didera mual dan muntah. Bahkan, tak ada tenaga untuk mengangkat kepala dari bantal. Minum air pun membuat saya muntah sehingga saya sering dehidrasi," katanya.

Selama dua bulan masa kehamilannya, ia sudah dirawat satu bulan di rumah sakit karena kondisinya sangat lemah. Obat-obatan yang diberikan dokter pun tak ada yang mampu mengatasi kondisinya sampai ia memutuskan mengakhiri kehamilannya.

"Itu bukan keputusan yang mudah, tetapi saya harus memikirkan kondisi anak sulung saya," katanya.

Tak jauh berbeda, Lauren Fox (26) juga terpaksa menelan pil pahit harus melepaskan impian menjadi ibu akibat mual dan muntah secara berlebihan yang dialaminya.

"Sejak positif hamil saya tidak bisa jauh dari tempat tidur karena terlalu lemah. Semua yang dimakan pasti akan keluar lewat muntah," kata wanita yang terpaksa mengakhiri kehamilannya di usia lima minggu.

Melakukan aborsi tentu bukan keputusan mudah. Kedua wanita tersebut juga mengakui masih diliputi perasaan sedih dan tertekan. Saat ini mereka aktif memberi dukungan kepada wanita lain yang mengalami hiperemesis dan membagikan pengalamannya.

Faktor hormon Para ahli belum mengetahui dengan pasti penyebab hiperemesis ini. Namun, kadar hormon HCG dan estrogen yang meningkat drastis pada awal kehamilan diduga memicu terjadinya mual dan muntah.

Hiperemesis yang tidak tertangani bisa menyebabkan keguguran dan preeklampsia. Pada kasus yang berat, kondisi ini bisa mengancam nyawa karena menyebabkan sumbatan darah dan meningkatkan kadar racun dalam tubuh.

Walaupun pada kebanyakan ibu hamil hiperemesis akan hilang di trisemester kedua, kondisi ini bisa terus terjadi sepanjang kehamilan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com