Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengungsi Terserang Gangguan Pernapasan

Kompas.com - 28/10/2010, 12:07 WIB

Sleman, Kompas - Pengungsi korban erupsi Merapi yang mendatangi barak Desa Hargobinangun lebih banyak dari yang diperkirakan. Padahal, balai desa, gedung olahraga, beberapa ruang kelas SMPN 2 Pakem dan SD Purworejo sudah digunakan semua. Total terdapat 4.538 pengungsi di tempat itu, padahal kapasitas maksimal hanya 2.000 orang. Banyak pengungsi terserang gangguan pernapasan.

Membeludaknya pengungsi karena warga di luar kawasan rawan bencana (KRB) ikut mengungsi. Saat erupsi 2006, Desa Hargobinangun sudah cukup sebagai tempat mengungsi karena hanya didatangi warga Dusun Kaliurang Barat dan Kaliurang Tengah.

"Namun, sekarang warga lima dusun di Desa Hargobinangun mengungsi semua kemari. Gedung olahraga dan ruangan sekolah dipakai, tetapi tetap kurang. Padahal, dari sekitar 4.500 pengungsi, 1.000 di antaranya tidak tidur di barak karena mereka mengungsi ke rumah sanak saudara di dekat balai desa," ujar Rushartadi, Sekretaris Desa Hargobinangun, Rabu.

Kepala Desa Hargobinangun Beja Wiryanta mengatakan, ia sedang mencari alternatif lokasi yang mungkin bisa dipakai. "Itu juga agar pengungsi nyaman dan bisa beristirahat," kata Beja.

Membeludaknya pengungsi juga terpantau di wilayah Kecamatan Turi dan Kecamatan Pakem di Desa Purwobinangun. Di Turi tercatat jumlah pengungsi mencapai 4.150 orang dari Desa Wonokerto dan Desa Girikerto yang ditampung di enam lokasi pengungsian.

Dari keterangan Camat Turi Susmiarto, membeludaknya pengungsi karena wilayah di luar KRB juga dihujani pasir, abu, dan kerikil saat Merapi erupsi. Hal itu membuat Desa Wonokerto, yang dalam peta KRB hanya terdapat satu dusun bahaya Merapi, membengkak menjadi lima dusun. Di Desa Girikerto, dari tiga dusun yang disarankan mengungsi, bertambah menjadi delapan dusun.

Gangguan kesehatan

Gangguan pernapasan mulai menyerang pengungsi di barak-barak pengungsian. Di barak Hargobinangun, Pakem, misalnya, hingga Rabu sore sudah 150 pengungsi terserang gangguan pernapasan. Adapun total pengungsi di barak itu 4.538 orang.

Menurut Monika Sri Sumarni, penanggung jawab posko kesehatan barak Desa Hargobinangun, yang mengalami gangguan pernafasan adalah lansia dan anak-anak. Karena menghirup debu vulkanik, mereka mengalami sesak napas.

"Skala sesak napas pengungsi untunglah tidak sampai tahap yang membahayakan jiwa. Hanya sesak napas biasa. Karena cepat mengungsi, debu yang terhirup tak terlampau banyak. Kalau terhirup banyak, debu vulkanik membahayakan karena mengandung belerang yang bisa merusak paru-paru," kata Monika.

Stok obat-obatan sejauh ini mencukupi karena sejumlah relawan dan komunitas terus memberi bantuan. "Stok masker cukup," ujarnya. Di posko pengungsian Balai Desa Purwobinangun tercatat hingga Rabu sore terdapat 166 orang yang mengalami gangguan kesehatan. "Kebanyakan warga terserang pusing-pusing karena dampak kekagetan psikis akibat erupsi dan iritasi mata akibat hujan debu vulkanik," kata staf tim kesehatan Pemerintah Kabupaten Sleman, Sri Handayani.

Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X menegaskan, fokus perhatian adalah bayi dan anak-anak. "Kami segera menyuplai susu, makanan bayi. Jangan sampai mereka lapar. Itu juga agar orangtua tenang," kata Sultan, di posko utama Merapi.

Bupati Sleman Sri Purnomo yang ditemui di posko utama Merapi di Jalan Kaliurang Km 16 mengatakan, warga yang berada di KRB III dan II memang diwajibkan mengungsi. "Kita semua tidak tahu letusannya akan ada lagi atau tidak," kata Sri. (PRA/ENG)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com