Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Abu Vulkanik Bisa Sebakan Penyakit Paru

Kompas.com - 30/10/2010, 17:22 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS.com- Kepala Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta Bondan Agus Suryanto menyatakan, jika terhirup, abu material vulkanik Gunung Merapi akan menempel di paru-paru, dan dapat menyebabkan alat pernapasan itu menjadi kaku.

"Jika intensitas abu vulkanik yang terhirup cukup banyak, paru-paru akan menjadi kaku karena terselimuti abu. Hal itu berbahaya bagi kesehatan karena akan menimbulkan infeksi pernapasan dan sesak napas," katanya di Yogyakarta, Sabtu (30/10/2010).

Menurut dia, paru-paru menjadi kaku karena jalan pernapasan tersumbat, sehingga menjadi tidak elastis. Ketika elastisitas paru-paru menurun, aliran pernapasan akan terganggu dan berujung infeksi dan napas menjadi sesak.

"Abu vulkanik juga perlu dihindari oleh orang yang memiliki bakat alergi pernapasan. Bagi yang memiliki alergi atau bakat asma, menghirup abu vulkanik akan memicu kambuhnya penyakit tersebut," katanya.

Ia mengatakan, abu vulkanik dapat melekat di saluran pernapasan dan hanya dapat dinetralisasi dalam aliran darah jika jumlahnya tidak terlalu banyak," katanya. 

Selain berdampak pada pernapasan, abu vulkanik juga cukup berbahaya bagi kesehatan mata. Air mata yang berfungsi sebagai pelumas dapat kering karena banyak terkena abu, yang dapat menimbulkan iritasi mata dan peradangan.

"Oleh karena itu, kami mengimbau masyarakat di sekitar Gunung Merapi maupun daerah yang terkena efek abu vulkanik untuk tidak terlalu banyak melakukan aktivitas di luar rumah," katanya.

Menurut dia, jika terpaksa melakukan aktivitas di luar, warga diimbau untuk menggunakan masker pelindung untuk mencegah abu vulkanik yang mengandung asam sulfat atau belerang untuk menembus paru-paru.

"Kami akan menginventarisasi persediaan masker untuk dibagikan kepada masyarakat. Kami akan mengupayakan pembagian masker lagi," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com