Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mitos Seputar Kanker Payudara

Kompas.com - 23/11/2010, 11:05 WIB

KOMPAS.com — Breast cancer atau kanker payudara memang menjadi momok yang sangat menakutkan. Maklum, di Indonesia kanker ini menjadi pembunuh perempuan nomor dua setelah kanker mulut rahim (cervical cancer). Bahkan, menurut Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO), setiap tahun kanker payudara merenggut 519 jiwa di seluruh dunia.

Penyebab pastinya belum diketahui dengan jelas hingga kini. Meskipun begitu, sejumlah studi menunjukkan deteksi dini dan gaya hidup sehat dapat mencegah kanker payudara. Karena setiap perempuan berisiko mengalami kanker payudara, kita perlu mengenali dan memahami penyakit ini. Berikut beberapa mitos dan fakta seputar kanker payudara.

Mitos: Benjolan = Pertanda Kanker
Fakta: 80 persen benjolan di payudara adalah jinak dan tidak bersifat kanker. Namun, jika menemukan benjolan di payudara, sebaiknya periksakan diri ke dokter dan lakukan mamografi jika dokter menganjurkan. "Untuk amannya, benjolan tak wajar pada payudara dianggap kanker sampai terbukti bukan," jelas dr Sutjipto Sp(B).Onk, Ketua Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta (YKPJ), beberapa waktu lalu, saat bincang-bincang tentang kanker payudara dengan wartawan.

Mitos: Merupakan Penyakit Keturunan
Fakta:  Menurut onkolog yang juga founder breastcancer.org, perempuan yang memiliki sejarah keluarga menderita kanker payudara berisiko lebih besar. Itu sebabnya, penting untuk mengetahui sejarah kanker payudara dari ayah atau ibu. Namun, faktor lain, seperti alkohol, rokok, obat-obatan, dan diet juga bisa memengaruhi kemungkinan seorang perempuan menderita kanker ini.

Mitos: Perempuan Muda Lebih Berisiko
Fakta: Meski mulai ditemukan pada perempuan usia 18 tahun, menurut Presiden National Research Center for Women & Families, dr Diana Zuckerman, perempuan usia 40-50 tahun ke atas paling berisiko menderita kanker ini.

Mitos: Berdampak Fatal
Fakta: Menurut Zuckerman, kanker payudara sendiri tidak fatal, tetapi jika kanker menyebar ke bagian tubuh lain hingga simpul limpa, paru-paru, bahkan hingga tulang dan darah, ini yang bisa meningkatkan risiko kematian. Jadi, penting dilakukan deteksi dan penanganan dini agar kanker tidak menyebar.

Mitos: Mastectomy adalah cara terbaik menyembuhkan kanker payudara
Fakta: Menurut Zuckerman, sedikit sekali perempuan yang terdiagnosa menderita kanker payudara perlu mastectomy (pengangkatan satu atau kedua payudara). Faktanya, sebagian besar perempuan yang melakukan mastectomy tidak memerlukannya. Pasalnya, 75 persen perempuan yang menderita kanker payudara, setiap tahun hanya akan bergantung pada kemoterapi, radiasi, dan lumpectomy (operasi pengangkatan gumpalan dari payudara yang terkena kanker).

(Erma DK/Majalah Chic)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com