Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kecelakaan Lalin Renggut Korban Terbanyak

Kompas.com - 29/11/2010, 06:58 WIB

Jakarta, Kompas — Kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu penyebab terbanyak terjadinya cedera kepala. Korban umumnya berusia muda atau dalam usia produktif. Cedera kepala dapat berujung ke cedera otak dan tulang belakang yang mengakibatkan kematian dan kecacatan permanen yang tinggi.

Hal itu terungkap dalam temu media terkait peluncuran buku Ilmu Bedah Saraf Satyanegara Edisi IV dan Symposium of Recent Advances on Head and Spinal Injury di Jakarta, Sabtu (27/11/2010).

Penerbitan buku Ilmu Bedah Saraf Satyanegara Edisi IV guna meningkatkan ilmu pengetahuan di bidang kedokteran, khususnya ilmu bedah saraf. Terlebih lagi, belum tersedia buku ilmu bedah saraf dalam bahasa Indonesia. Buku ilmu bedah saraf itu merupakan edisi keempat yang dikerjakan pakar bedah saraf, Prof Dr dr Satyanegara, SpBS, dengan tim editor Neuroscience Center Mayapada Hospital bekerja sama dengan Penerbit Buku Utama Gramedia.

”Semakin maju perekonomian sebuah negara, semakin tinggi angka cedera kepala. Di Indonesia, kasus cedera kepala karena kecelakaan lalu lintas paling sering ditemui. Terlebih lagi dengan semakin besarnya jumlah pemakai sepeda motor, terutama di kota-kota besar,” ujar Kepala Neuroscience Center Sahid Sahirman Memorial Hospital dr Roslan Yusni Hasan, SpBS. Cedera kepala sering berujung pada cedera otak.

Prof Satyanegara mengatakan, peningkatan cedera kepala dan tulang belakang menyebabkan angka kematian dan kecacatan permanen yang tinggi. Dalam menangani trauma, diupayakan angka kecacatan serendah mungkin. Diagnosis dini dan penanganan secepat mungkin merupakan hal penting dalam mengatasi cedera kepala. ”Jika sudah terkena batang otak akan sangat sulit ditangani,” ungkapnya.

Hampir setengah kasus cedera otak disertai dengan cedera tulang belakang. Adapun 20 persen hingga 57 persen cedera tulang belakang dapat mengakibatkan cedera pada organ lain. (INE)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com