Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nyeri Sendi Bikin Saya Mau Bunuh Diri

Kompas.com - 13/12/2010, 14:57 WIB

Penyakit AR ini juga sering disebut si pencuri kehidupan karena dampaknya yang luar biasa, mulai dari kerugian dari sisi ekonomi, ketidaknyamanan, kecacatan, disabilitas hingga kematian.  Kerusakan sendi biasanya ssudah terjadi pada 6 bulan pertama terserang penyakit ini dan cacat akan terjadi 2 sampai 3 tahun bila tidak lunjung diobati.

"Sekitar 40 hingga 85 pasien AR  tidak akan mampu bekerja setelah 8 hingga 10 tahun onset penyakit bila tidak diterapi secara tepat," ungkap Harry dalam workshop bertajuk  'Pentingnya Deteksi Awal Artritis Reumatoid Untuk Mencegah Dampak Penyakit Kardiovaskular' itu.

Saat ini, lanjut Harry, hal yang menjadi problem di Indonesia adalah  masih sulitnya mendeteksi AR secara dini karena tidak semua dokter dapat mendiagnosa secara tepat dan akurat. Seringkali dokter mencurigai pasien hanya mengalami penyakit asam urat atau rematik berdasarkan nyeri yang dilaporkannya.

"Ada sekitar 100 jenis penyakit rematik yang ada saat ini, sehingga sulit untuk memastikan apakah pasien menderita AR, apalagi bagi para dokter yang tidak setiap hari menangani masalah reumatoid," ujarnya.

Walaupun tampak tertatih-tatih saat berjalan, Nina kini dapat menjalani kehidupannya dengan lebih baik. Ia menggunakan terapi obat DMARD (Disease Modifying Arthritis Rheumatoid Drug) jenis biologis yang harganya memang masih sangat mahal. Pengobatan ini bertujuan untuk memperlambat dan mencegah progresivitas penyakitnya. 

"Untuk jangka enam bulan saja, biaya untuk obat jenis biologis ini membutuhkan biaya sekitar 60 juta rupiah. Jadi penyakit ini memang bisa sangat menguras kantong si penderta," ungkap Harry.

Terapi AR secara dini dan progresif, lanjut Harry, sangat diperlukan bagi pasien karena pengobatan semenjak dini akan menentukan keberhasilan terapi. Meski tidak dapat menyembuhkan penyakit atau mengembalikan kondisi seperti sedia kala, terapi dapat memperbaiki kualitas hidup pasien lebih baik. Selain itu juga mencegah risiko kecacatan dan risiko yang lebih buruk yakni kematian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com