Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Awas, Pengapuran Diam-diam Menyergap!

Kompas.com - 15/12/2010, 08:29 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Anda mungkin pernah mendengar penyakit osteoarthritis (OA) atau dalam bahasa kedokteran lebih popular dengan sebutan pengapuran. Pengapuran adalah suatu penyakit tulang yang menggambarkan kerusakan pada tulang rawan sendi di tubuh manusia.

Secara umum, pengapuran menunjukkan gambaran dari sendi tulang rawan yang mengalami degenerasi. Wujud degenerasi tersebut. antara lain sendi terlihat suram, tidak kenyal, dan tergolong sangat rapuh. Selain itu, di sekitar sendi terbentuk tulang baru yang menyerupai duri atau taji.

Tapi, tulang itu tidak sekokoh tulang asli yang terdapat pada tubuh karena tulang ini bukan bawaan tubuh. Kehadirannya menimbulkan semacam tonjolan (osteophyte) yang dapat menyebabkan iritasi.

"Seseorang yang mengalami pengapuran, jaringan persendian akan terasa sangat nyeri," tutur Suhanto Kasmali, Kepala Bidang Pelayanan Medis Rumah Sakit Mediros, Jakarta.

Di Indonesia, penyakit pengapuran memang belum setenar penyakit lainnya. Sebut saja, penyakit demam berdarah atau diabetes. Maklum, pengapuran termasuk jenis penyakit silent disease atau penyakit yang tidak menunjukkan gejala melekat. Dengan kata lain, penyakit ini sering muncul tanpa disadari oleh si penderitanya.

Penderita OA tidak menunjukkan tanpa-tanda kelainan. Misalnya, leukosit atau sel darah putih penderitanya tidak menunukkan tanpa-tanda peningkatan. Selain itu, tidak adanya lekosit polymorphoneclear atau monosit dalam jumlah yang abnormal pada persendian dan sekitarnya.

"Kalau diperiksa tidak ada tanpa-tanda peradangan, baik yang sifatnya menahan atau mendadak," papar Mulyadi Tedjapranata, Direktur Klinik Medizone.

Meskipun tidak mematikan, kualitas hidup penderita osteoarthritis dapat memburuk secara perlahan tapi pasti. Celakanya, penyakit osteoarthritis bisa menyerang seseorang di usia muda. Namun, sebagian besar penderita penyakit ini berusia di atas 30 tahun, terutama kaum perempuan.

Bukan tulang keropos
Asal tahu saja, penyakit osteoarthritis berbeda dengan osteoporosis atau tulang keropos. Pada osteoporosis, massa yang membentuk tulang berkurang, sehingga tulang menjadi kopong. Struktur pengisi tulang, antara lain berupa senyawa-senyawa kolagen di samping juga kalsium, berfungsi seperti semen tulang. Ketika massa ini menjadi berkurang maka tulang menjadi kurang padat sehingga tidak kuat menahan benturan ringan. Walhasil, tulang mudah patah.

Tapi, dampak dari penyakit osteoarthritis sama seperti osteoporosis, yakni tulang mudah patah. Akibat fatal lainya, bila muncul tonjolan di sendi leher dan pinggang, tonjolon itu bisa memberikan penekanan pada foramen intervertebralia (sebuah lubang tempat berjalannya saraf tulang belakang) dan nervispinalis. Akibatnya, penderitanya akan mengalami rasa pegal hingga nyeri otot di dekat persendian di mana tonjolan itu tumbuh.

Selain itu, pada penderita OA juga akan ditemui cairan pada sendi misalkan lutut, pergelangan kaki. Cairan ini akan bertambah banyak bila penderita melakukan aktivitas berat yang bertumpu pada persendian yang terkena OA. "Cairan pada sendi ini terpaksa harus dikeluarkan dan dibuang," terang Mulyadi.

Jika cairan itu tidak dibuang, tulang-tulang yang dekat persendian atau tulang yang sudah porotis mudah patah. "Ini dapat menekan sumsum tulang belakang sehingga menimbulkan gejala-gejala neurologis (penyakit saraf)," tandas Mulyadi. (Raymond Reynaldi)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com