Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ancaman Cedera Para Bintang Sepak Bola

Kompas.com - 16/12/2010, 11:41 WIB

KOMPAS.com Duel semifinal antara Indonesia versus Filipina dalam ajang Piala AFF nanti malam dipastikan berjalan keras dan menarik. Pertemuan dua tim yang sama-sama diperkuat pemain naturalisasi ini akan menjadi ajang pembuktian siapa yang terbaik selain juga menjadi pertaruhan kehormatan dua negara.

Dengan atmosfer pertandingan yang semakin memanas, laga semifinal di Stadion Gelora Bung Karno ini diperkirakan bakal berjalan ketat dan keras. Selain adu strategi, kedua tim juga akan beradu kekuatan fisik dan mental.

Benturan fisik di lapangan hijau dipastikan tidak terhindarkan dan akan memicu cedera pemain. Cedera memang tidak bisa dipisahkan dari olahraga, termasuk olahraga. Sebuah penelitian di Inggris menyebutkan, pemain sepak bola profesional kehilangan rata-rata 24 hari dalam setahun gara-gara cedera yang sepertiganya terjadi saat latihan.

Sepak bola merupakan permainan olahraga yang cukup keras. Permainan ini menggabungkan antara kecepatan dan skill mengolah bola. Dalam permainan ini ada momen berlari kencang dan perubahan manuver, baik berputar maupun menekuk secara tiba-tiba.

"Proses berlari kencang itu mengakibatkan suatu gaya yang memungkinkan sendi untuk mengalami cedera, ditambah lagi saat melakukan manuver, misalnya tiba-tiba berputar arah setelah berlari kencang. Tanpa kemampuan fisik prima dan skill bagus, maka cedera itu mudah sekali terjadi," papar dr Michael Triangto, SpOK, ahli kedokteran olahraga dari RS Mitra Kemayoran.

Bagian tubuh yang rentan cedera menurut dr Michael tidak hanya terbatas pada bagian sendi kaki atau betis. "Jari-jari kaki, paha, lutut, pinggang, bahkan leher juga bisa berpotensi cedera," katanya. Bagian-bagian tubuh tersebut rentang cedera karena lokasinya yang mudah terkena trauma dan karena terus-menerus digunakan, baik saat latihan maupun pertandingan.

Cedera yang paling parah adalah cedera lutut gara-gara tertendang lawan, jatuh, atau berhenti secara mendadak setelah berlari kencang. "Bila ligamen, jaringan ikat yang menghubungkan tulang, rusak atau putus, penyembuhannya lama. Setelah sembuh pun sulit pulih seperti sediakala," tutur dokter yang ikut menangani tim pelatnas bulu tangkis ini.

Cedera meniskus, tulang rawan berbentuk bulan sabit di dalam lutut, juga bisa berbahaya karena bisa membuat penderitanya pingsan akibat nyeri lutut yang hebat dan akut. Pada beberapa kasus, memang ada yang bisa bangkit berdiri dan kembali melakukan kegiatan. Namun biasanya cedera itu menimbulkan pembengkakan dan nyeri yang berkepanjangan.

Sebuah riset yang dimuat dalam British Journal Sport of Medicine menunjukkan, cedera pemain lebih sering terjadi pada saat-saat akhir setiap babak. Gejala ini terjadi karena pada saat itu otot para pemain sudah mengalami kelelahan, yang sering menyebabkan terjadinya tabrakan atau salah tekel.  

Bagi pemilik klub atau pelatih, tentu saja hal ini mimpi buruk. Itu sebabnya berbagai cara dilakukan untuk mempercepat kesembuhan pemain yang cedera. Menyemprotkan obat ke bagian yang cedera merupakan salah satu cara memanipulasi sakit akibat cedera. Menurut dr Michael, sebenarnya proses penyembuhan cedera tidak semudah itu.

"Penonton melihatnya mudah, tinggal semprot pemain yang cedera sudah bisa main lagi. Meski sudah disemprot, sebenarnya pemain tetap merasakan sakit, meski berkurang. Namun, pertandingan harus terus dilakukan, the show must go on, taruhannya besar," katanya ketika ditemui Kompas.com.

Setelah pertandingan, pemain yang cedera harus melalui berbagai tahap penyembuhan. "Penanganan cedera yang tepat dan proses pemulihan yang baik akan menentukan performa seorang atlet," imbuhnya. Penanganan yang tidak tepat bisa membuat seorang atlet harus meninggalkan lapangan hijaunya.

"Pelatih seharusnya juga tidak mengikutkan atletnya dalam kalender pertandingan yang padat. Waktu pertandingan yang terlalu sering ditambah latihan bisa mengurangi stamina pemain. Pada akhirnya, ini akan meningkatkan risiko mereka untuk cedera," paparnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com