Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengasuh Anak dengan HIV

Kompas.com - 26/12/2010, 03:00 WIB

Penularan HIV

Di Poliklinik UPT AIDS RS Cipto Mangunkusumo sampai akhir bulan lalu terdapat sekitar 5.000 orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Jumlah ODHA perempuan mencapai 24 persen. Dari hasil wawancara, ternyata sekitar 84 persen tertular HIV dari suami. Jadi, HIV telah masuk ke rumah tangga kita. Jadi, kita tak dapat lagi mengatakan bahwa kita jauh dari HIV, HIV hanya pada kelompok yang berperilaku tidak baik.

Saya bangga dengan keputusan Anda untuk mengasuh anak dengan HIV.

Mengasuh anak dengan HIV tak banyak beda dengan anak lain, kecuali jika anak tersebut terkena infeksi oportunistik. Karena itu, kita harus menjaga agar obat ARV dapat diminum secara benar dan teratur. Perlu pengawasan dan bujukan orangtua agar anak mau meminumnya. Pertama-tama sebaiknya Anda berkonsultasi dengan dokter spesialis anak, selanjutnya boleh saja dengan dokter keluarga Anda.

Pada umumnya imunisasi dapat diberikan seperti anak lain, tetapi sebaiknya Anda bahas dengan dokter anak Anda. Kementerian Pendidikan Nasional tahun ini menjadi panitia untuk Hari AIDS Sedunia di Indonesia. Kebijakan kementerian ini jelas pendidikan adalah hak semua orang dan anak dengan HIV berhak untuk sekolah di sekolah biasa. Anda tentu sudah memahami bahwa tak mungkin terjadi penularan HIV di sekolah karena penularan HIV hanya terjadi melalui hubungan seksual tak aman, penggunaan jarum suntik bersama di kalangan pengguna narkoba suntikan, dan dari ibu hamil positif ke bayinya. Penularan melalui transfusi sudah hampir tak ada lagi karena sejak tahun 1992 PMI telah melakukan skrining darah yang akan ditransfusikan.

Sampai saat ini sepanjang pengetahuan saya sudah ada anak dengan HIV yang duduk di kelas 8. Prestasi belajarnya sama saja dengan anak lain. Pada umumnya pihak sekolah tidak tahu bahwa anak tersebut dengan HIV. Meski ada juga orangtua yang menitipkan pada salah seorang guru yang dapat dipercaya bahwa anaknya HIV, dengan maksud jika jatuh sakit dapat segera menghubungi orangtuanya.

Anak dengan HIV dapat tumbuh menjadi dewasa, berkeluarga, dan punya anak. Pemerintah juga melalui Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi telah mempunyai kebijakan untuk tidak mendiskriminasi pekerja dengan HIV. Jadi, pada tatanan kebijakan semua positif mendukung anak tumbuh kembang dan menjadi anggota masyarakat yang produktif. Tinggallah kita sebagai anggota masyarakat menunjukkan sikap yang positif pula. Jangan karena ketidaktahuan, kita menzalimi anak dengan tidak mengizinkannya bersekolah bersama anak kita.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com