Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Problem Seks Harus Dicari Akar Masalahnya

Kompas.com - 18/01/2011, 13:36 WIB

KOMPAS.com - Satu kali dalam hidup, setiap orang bisa mengalami masalah seksual. Pernyataan tegas ini disampaikan dokter yang memiliki perhatian khusus pada masalah kesehatan seksual, dr Nurlan Silitonga, MMed. Pasangan suami istri (pasutri) pun berpotensi mengalami masalah seks yang berdampak pada hubungan berpasangan. Masalah seks semakin kompleks karena pasutri sulit berkomunikasi. Lebih parah lagi jika pasutri enggan berkonsultasi karena malu dianggap bermasalah jika menjalani konsultasi dengan dokter ahli.

"Pasutri perlu usaha untuk mengatasi berbagai masalah seksualnya. Penanganan masalah seksual pasangan juga harus holistik, pemeriksaannya lebih komprehensif," jelas dr Nurlan saat ditemui Kompas Female di klinik Angsamerah, Graha Media Building, Blora, Jakarta Pusat, Sabtu (15/1/2011) lalu.

Agar masalah seksual bisa ditangani secara komprehensif, pasangan perlu mengubah cara pandangnya mengenai seks. Sayangnya, menurut dr Nurlan, saat ini banyak orang yang masih tertutup membincangkan seks secara lebih serius, apalagi berkonsultasi dengan profesional untuk mencari solusi masalah seksnya. Selain juga masih minimnya pelayanan kesehatan seksual yang bisa memenuhi kebutuhan pasien.

"Pasien punya hak memilih, dokter punya pengetahuan. Tugas dokter memberikan pandangan namun keputusan ada di tangan pasien, tanpa dipaksakan," jelas dr Nurlan menggambarkan pasien membutuhkan kenyamanan dan penghargaan atas pilihannya dalam mengatasi masalah seksualitasnya.

Masalah seks perlu digali lebih dalam
Pasutri yang mengalami masalah dalam hubungan seks tak bisa dilihat secara kasat mata saja. Sebagai contoh, pasutri yang mengeluhkan masalah libido yang menurun tak bisa sekadar dilihat satu sisi saja. Persoalannya bukan sekadar pada libido, atau kaitannya dengan penyakit yang memengaruhi penurunan libido.

"Faktor lain juga perlu digali untuk mengatasi masalah seks pasangan. Libido suami menurun bisa saja karena ternyata ada wanita idaman lain (WIL). Atau sebaliknya, istri tak lagi berhasrat dengan suami karena ada pria idaman lain (PIL)," jelas dr Nurlan.

Kehadiran PIL dan WIL inilah yang bisa saja mengganggu libido dan hubungan seks pasutri. Di sinilah pentingnya penggalian masalah seks yang lebih mendalam melalui konsultasi terbuka dengan profesional.

Kebosanan juga bisa saja menjadi penyebab masalah seks pasutri. Untuk mengatasinya, kedua belah pihak perlu berusaha memperbaiki keadaan agar seks lebih bergairah lagi. Dengan begitu, baik suami maupun istri tak perlu lagi stimulan luar untuk membuat pasangan bergairah. Misalnya, suami tak perlu lagi mengandalkan gambar porno untuk memancing gairah saat akan berhubungan seks dengan istrinya. Problem seks pasutri seperti ini harus ditelaah lebih komprehensif. Menyangkut faktor psikologis, ekonomi, bukan sekadar masalah yang tampak di permukaan saja.

Masalah seks yang memengaruhi psikis bisa berdampak pada fisik. Begitupun sebaliknya, masalah seks yang tampak secara fisik juga bisa memengaruhi psikis seseorang. Karenanya, masalah seks pasangan tak bisa dianggap sepele dan perlu penanganan holistik. Bisa jadi masalah sebenarnya terletak di balik keluhan seksual yang tampak. Persoalan libido misalnya, hanya kamuflase dari masalah pasutri yang sebenarnya.

"Diagnosa yang tepat dari tahap awal kemudian akan menjadi rujukan yang tepat kepada spesialis yang dibutuhkan pasien dalam menangani masalah seksnya," kata dr Nurlan, yang berafiliasi dengan sejumlah spesialis seperti psikolog, psikiater, andrologi, bahkan urologi, untuk membantu pasiennya mengatasi masalah seksualitas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com