Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Implan Payudara Berisiko Kanker?

Kompas.com - 27/01/2011, 10:05 WIB

WASHINGTON, KOMPAS.com - Otoritas Keamanan Pangan dan Obat-obatan Amerika Serikat (FDA) menyatakan, pihaknya saat ini tengah melakukan kajian terhadap kemungkinan adanya risiko dan hubungan antara implan payudara dan sejenis kanker langka.   

Kanker yang disebut anaplastic large cell lymphoma (ALCL), yang menyerang nodus limfa dan kulit, juga dilaporkan muncul pada jaringan parut yang tumbuh di sekitar implan payudara. Menurut  Lymphoma Research Foundation, selain jarang ALCL juga dikenal sebagai jenis kanker darah yang agresif, dan menyumbang sekitar  3 persen dari seluruh kanker darah pada dewasa.

FDA telah meminta seluruh tenaga medis di AS untuk melaporkan seluruh kasus kanker tersebut sehingga mempermudah proses penelitian. FDA sejauh ini mencatat angka kejadian kanker jenis ini hanya sekitar 60 kasus di seluruh dunia, atau di antara 5 hingga 10 juta wanita yang memakai implan payudara. FDA juga melakukan kajian dengan melihat kembali literatur pada 1997 dan meneliti informasi yang diperoleh dari negara-negara dan pihak industri.

Sebagian besar kasus kanker jenis langka ini dilaporkan setelah pasien mencari pengobatan untuk keluhan yang mereka alami seperti rasa sakit, bengkak, benjolan dan masalah lain di sekitar lokasi bekas operasi implan.

"Kami sangat tertarik untuk memahami lebih mendalam soal pasien-pasien mana yang lebih berisiko dan jenis implan mana yang akan menimbulkan risiko lebih tinggi," ungkap Dr. William Maisel, salah satu peneliti di FDA.

FDA sejauh ini belum melihat adanya perbedaan rata-rata kasus kanker di antara pasien yang memakai implan silikon maupun saline. Mereka pun tidak menemukan perbedaaan pada pasien yang melakukan implan untuk alasan kosmetik dengan pasien yang melakukan operasi untuk alasan rekonstruksi setelah kanker payudara.

Oleh karena kasus kanker ini sangat jarang, para peneliti FDA mengindikasikan bahwa kajian ini  tidak akan mudah untuk disimpulkan. "Penelitian awal dibutuhkan untuk mengumpulkan hingga ratusan ribu wanita selama lebih dari 10 tahun. Kemudian, kausalitasnya pun mungkin saja tidak dapat disimpulkan," papar otoritas tersebut.

FDA saat ini akan terus bekerja sama dengan American Society of Plastic Surgeons dalam mencatat pasien-pasien penderita kanker dan kemudian memantau perkembangan mereka sepanjang waktu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com