Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pilih Olahraga Sesuai Usia dan Kondisi Fisik

Kompas.com - 07/02/2011, 03:42 WIB

Bila penyumbatan terjadi di pembuluh darah koroner, otot jantung akan kekurangan oksigen secara tiba-tiba. Akibatnya, jantung mengalami kerusakan mendadak dan gagal memompa darah ke seluruh tubuh.

Kekurangan oksigen juga terjadi pada aliran darah menuju otak. Akibatnya, korban kehilangan kesadaran atau kejang.

Kepala Unit Pelayanan Fungsional Diagnostik Invasif dan Intervensi Non-Bedah RSJPD Harapan Kita yang juga dosen Divisi Aritmia Departemen KKV, FK-UI, Yoga Yuniadi, mengatakan, 80 persen kasus meninggal mendadak akibat henti jantung disebabkan oleh denyut jantung yang sangat cepat. Hanya 5-10 persen kasus yang disebabkan oleh denyut jantung yang melemah.

”Upaya memaksa batuk-batuk hanya menolong untuk korban yang denyut jantungnya melemah,” katanya.

Karena itu, pertolongan pertama henti jantung adalah dengan memukul bagian bawah dada dengan kepalan tangan di bagian dekat kelingking. Pukulan itu dapat menormalkan denyut jantung yang terlalu cepat.

Jika cara itu tidak berhasil, dilakukan resusitasi atau penekanan dada yang diselingi dengan pemberian napas buatan setiap lima kali tekanan. Pada saat yang sama, korban harus dilarikan ke rumah sakit. ”Korban hanya punya waktu empat menit untuk segera ditangani dokter,” katanya.

Pertolongan pertama itu hanya untuk menyelamatkan jantung korban. Jika empat menit sejak serangan sesak napas tidak ada pertolongan pertama, bisa berisiko terjadi kerusakan otak akibat terhentinya pasokan darah dan oksigen ke otak.

Yoga menambahkan, risiko kematian mendadak akibat henti jantung dapat dihindarkan. Rasa nyeri di dada yang muncul akibat kelelahan dan hilang setelah beristirahat adalah tanda- tanda awal penyakit jantung koroner.

Memilih olahraga

Karena kondisi fisik setiap orang tidak sama, jenis olahraga yang dianjurkan juga berbeda. Guru Besar FK-UI yang juga dokter spesialis jantung dan pembuluh darah RSJPD Harapan Kita, Budhi Setianto Purwowiyoto, mengatakan, olahraga yang dilakukan seseorang perlu terukur dan teratur, bukan asal berkeringat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com