Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Komnas PA : Masyarakat Dibodohi

Kompas.com - 10/02/2011, 16:46 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Konferensi pers terkait susu formula yang tercemar bakteri Enterobacter Sakazakii, yang dilakukan Kementerian Kesehatan, Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) dan Institut Pertanian Bogor dinilai mengecewakan. Harapan masyarakat pada ketiga institusi itu untuk mematuhi amar putusan Mahkamah Agung ternyata tidak terjadi. 

"Ketiga lembaga itu mengabaikan amar putusan MA dan ini sudah termasuk tindak melawan hukum," kata Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), Arist Merdeka Sirait, Kamis ( 10/2/2011 ) di Jakarta. 

Yang menarik, lanjut dia, pemerintah tidak menaati amar putusan MA dan sikap itu dipertontonkan ke masyarakat melalui media massa. Hal demikian dipandang mengajarkan masyarakat bahwa putusan hukum bisa diabaikan. 

Menurut Komnas PA, belum diumumkannya nama-nama 22 merek susu formula berbakteri Enterobacter Sakazakii ini jelas mengecewakan masyarakat. Kata Arist, sejak diumumkan oleh IPB pada Februari 2008 dan hasilnya diserahkan ke BPOM dan Kemenkes RI,  justru publik tidak mengetahui hasil penelitian tersebut. 

"Sejak pengumuman IPB Februari 2010 soal hasil penelitian yang menyebut 22 merek susu formula berbakteri, ada 171 pengaduan dari masyarakat yang masuk ke kita antara 4 sampai 15 Maret 2010. Isinya, keresahan keluarga dari si anak yang sakit sehingga minta Komnas PA membantu cari tahu nama-nama produk susu yang dimaksud," kata Arist. 

Salah satu pengaduan tersebut adalah anak mengalami diare sehabis minum susu fomula tertentu sehingga harus dirawat di sebuah Puskesmas di Pandeglang, Banten. Ada juga keluarga yang mengeluh anaknya terkena infeksi saluran pencernaan.

"Keresahan itu sebagai keluarga sehingga kami Komnas PA diminta untuk bantu mengumumkan," ucap dia. 

Arist menambahkan, apa yang terjadi dalam konferensi pers di Kementerian Komunikasi dan Informasi pada Kamis siang tadi dianggap mengabaikan hak-hak rakyat sekaligus kepentingan masa depan anak.

"Seolah-olah masyarakat itu dibodohi. Kayak dotnya harus dibersihkan, botol harus dicuci begini," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com