Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Stres Bisa Ngaruh ke Fisik, Lho!

Kompas.com - 24/02/2011, 11:22 WIB

KOMPAS.com - Kita seringkali tak sadar ketika mengalami stres, bahkan menganggap hal tersebut wajar saja terjadi. Tubuh memang mampu beradaptasi dengan stres jangka pendek, namun jika berlangsung terus-menerus Anda bisa mengubah gangguan kecil tersebut menjadi masalah kesehatan yang serius. Tidak percaya? Bukti-buktinya bisa dilihat secara fisik, lho.

Kadar adrenalin dan kortisol tinggi
Ketika stres, saraf-saraf simpatik otak memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepaskan sejumlah senyawa kimia, termasuk epinephrine (atau sering disebut adrenalin) dan kortisol. Kadar epinephrine dan kortisol yang terus-menerus tinggi bisa merusak memori dan kemampuan belajar Anda, dan semakin menambah depresi.

Endocrine
Hormon stres bisa memicu liver untuk memproduksi lebih banyak gula, yang memberikan Anda energi ketika merasakan suatu bahaya atau keadaan tidak menyenangkan. Namun jika "bahaya" yang Anda alami berkaitan dengan dilema jangka panjang, dan Anda memang berisiko mengidap diabetes mellitus tipe 2, kadar glukosa yang naik bisa membuat Anda benar-benar terkena penyakit ini.

Sulit bernafas
Saat sedang stres, Anda cenderung akan bernafas lebih cepat, merasa nafas jadi pendek-pendek, bahkan kehabisan nafas. Ketika hal ini berlangsung cukup lama, ketegangan di dalam sistem bisa membuat Anda lebih mudah terkena infeksi saluran pernafasan (ISK). 

Jantung berdetak lebih cepat
Stres akut yang terjadi sejenak, seperti pada detik-detik Anda menghadapi upacara pernikahan, akan membuat jantung berdetak lebih cepat, dan tekanan darah naik. Sementara stres yang berlangsung lama, misalnya ketika orangtua terus mendesak Anda untuk segera menikah, bisa membuat pembuluh arteri menyempit dan meningkatkan kadar kolesterol. Kondisi ini bisa meningkatkan peluang Anda mengalami serangan jantung dan stroke.

Siklus menstruasi terganggu
Stres bisa memperpanjang atau memperpendek siklus menstruasi, menghentikannya sama sekali, atau membuat kram perut terasa lebih sakit. Kadar stres yang tinggi juga memicu bakteri pada vagina, dan selama kehamilan akan meningkatkan peluang bayi mengidap asma atau alergi. Untuk mengurangi stres saat hamil, cobalah melakukan yoga prenatal.

Sistem kekebalan
Stres jangka pendek bisa mendongkrak sistem kekebalan tubuh, membantu Anda memerangi infeksi. Namun stres yang sedang berlangsung juga bisa membalikkan segala-sesuatu. Misalnya, memperlambat proses pemulihan diri akibat cidera, membuat Anda rentan terkena infeksi, dan memperparah kondisi kulit, seperti jerawat, eczema, dan gatal-gatal kemerahan.

Mual dan kembung
Stres dalam tingkat yang ekstrem akan terasa seperti bangun pagi setelah mengalami hangover. Mulut akan terasa kering, terjadi gangguan pencernaan, mual, dan kembung. Gangguan ini akan merangsang otot-otot usus, sehingga menyebabkan diare atau malah sembelit. Bila gejala ini menjadi kronis, bukan tak mungkin Anda akan mengalami risiko sindrom iritasi usus, rasa mulas yang parah, dan maag.

Nyeri di sekujur tubuh
Jangan anggap remeh gangguan yang terjadi akibat sepanjang hari berkutat di depan komputer, seperti sakit kepala dan leher, pundak, dan punggung. Rasa sakit ini disebabkan oleh otot-otot yang tegang. Stres yang kronis juga meningkatkan kecenderungan Anda untuk mengalami osteoporosis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau