Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak Tes Alergi Tak Direkomendasikan

Kompas.com - 28/02/2011, 12:05 WIB

Tes yang direkomendasikan

Pemeriksaan untuk mencari penyebab alergi makanan sangatlah beragam. Baik dengan cara yang ilmiah hingga cara alternatif, mulai yang dari yang sederhana hingga yang canggih.

Untuk mencari penyebab alergi harus semata berdasarkan diagnosis klinis bukan dengan pemeriksaan atau tes alergi.  Diagnosis klinis adalah yaitu anamnesa (mengetahui riwayat penyakit penderita) dan pemeriksaan yang cermat tentang riwayat keluarga, riwayat pemberian makanan, tanda dan gejala alergi makanan sejak kecil dan dengan  eliminasi dan provokasi.

Standar baku untuk memastikan makanan penyebab alergi harus menggunakan provokasi makanan secara buta (Double blind placebo control food chalenge/DBPCFC). DBPCFC ini adalah gold standard atau standar baku emas untuk mencari penyebab secara pasti alergi makanan.  Mengingat cara DBPCFC tersebut sangat rumit dan membutuhkan biaya dan waktu yang tidak sedikit, beberapa pusat layanan alergi anak melakukan modifikasi terhadap metode pemeriksaan tersebut.

Masih banyak perbedaan dan kontroversi dalam penanganan alergi makanan sesuai dengan pengalaman klinis tiap ahli atau peneliti. Sehingga, banyak tercipta pola dan variasi pendekatan diet yang dilakukan oleh para ahli dalam mencari dan menangani alergi makanan.

Banyak kasus pengendalian alergi makanan tidak berhasil optimal, karena penderita menghindari beberapa penyebab alergi makanan hanya berdasarkan pemeriksaan yang bukan merupakan standar baku emas.

Tes Kulit

Pemeriksaan alergi lain yang direkomendasikan adalah tes kulit alergi, karena telah terbukti secara ilmiah sensitivitasnya. Terdapat beberapa jenis uji kulit untuk mengetahui penyebab alergi, di antaranya adalah : uji tusuk, uji gores dan uji tempel. Pemeriksaan yang sering dilakukan adalah pemeriksaan uji tusuk. Banyak disukai oleh penderita adalah uji tempel, karena tidak terlalu menyakitkan dan praktis. Hasil uji kulit bukanlah hasil akhir atau penentu diagnosis.

Sering informasi yang diterima penderita menyesatkan, bahwa dianggap dengan tes alergi dapat diketahui pasti penyebab alergi. Tes kulit alergi sangat terbatas sebagai alat diagnosis. Bila hasil tes kulit alergi positif, mungkin alergi terhadap makan bahan makanan tersebut, sebaliknya bila hasilnya negatif belum tentu bukan alergi makanan.

Beberapa pemeriksaan laboratorium melalui pemeriksaan darah dapat dilakukan untuk mencari penyebab alergi. Pemeriksaan konvesional lainnya adalah pemeriksaan darah dengan cara RAST (Radio-allergo-sorbent test). Pemeriksaan ini adalah untuk melihat antibodi terhadap makanan tertentu, debu, serbuk bunga, bulu kucing dan lainnya.

Namun pemeriksaan ini cukup rumit dan mahal. Satu jenis alergen misalnya debu harganya mencapai sekitar Rp 350 hingga 450 ribu. Bisa dibayangkan bila jenis makanan yang demikian banyak diperiksa semuanya. Seperti halnya tes kulit, tes darah ini memang sensitivitasnya baik dan terbukti secara ilmiah, namun spesivitasnya rendah dan belum bisa memastikan alergi makanan tipe lambat. Pemeriksaan darah lainnya tidak direkomendasikan untuk memastikan penyebab alergi.

Dr Widodo Judarwanto SpA, Children Allergy Clinic Jakarta

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com