Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ancaman di Balik Olahraga Permainan

Kompas.com - 14/03/2011, 10:41 WIB

TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com — Waspadalah ketika Anda melakukan olahraga permainan. Meski saat berolahraga Anda tertawa senang dan tak merasa kelelahan, serangan jantung dapat mengintai kapan saja dan merenggut nyawa tanpa terduga.

Terkadang masyarakat tidak menyadari ancaman di balik olahraga permainan, seperti sepak bola, futsal, tenis, atau bulu tangkis. Padahal, olahraga ini sebetulnya tergolong olahraga keras karena menguras banyak energi dan kekuatan fisik yang prima.

"Hanya saja, karena sifatnya permainan, orang sering melakukannya dengan santai, banyak canda, sehingga tak terasa kelelahan. Justru di situ letak bahayanya," kata Dasaad Mulijono PhD, dokter spesialis jantung intervensi dari RS Omni, dalam acara Talkshow KOMPAS Health bertajuk  Kematian Mendadak yang dilangsungkan di sela-sela kegiatan Donor Darah Bersama BSD Society di Mal Teras Kota kawasan BSD Tangerang, Banten, Sabtu (12/3/2011)

Dasaad mengatakan, risiko serangan jantung mendadak di balik olahraga permainan dan berkelompok justru lebih besar ketimbang olahraga individu, seperti jogging atau bersepeda. Untuk itulah, mereka yang gemar dengan olahraga permainan ini sangat disarankan untuk mempersiapkannya secara fisik dan mental.

"Serangan jantung itu tak terlihat. Bisa menyerang kapan saja, termasuk pada orang yang tampaknya sehat dan sering berolahraga," jelas Dasaad dalam diskusi.

Kepala Pusat Pelayanan Jantung Intervensi RS Omni Hospitals Alam Sutera, Serpong, Tangerang, itu menambahkan, serangan jantung atau yang dalam bahasa medis disebut acute miocard infark bisa berlangsung sangat cepat dalam hitungan menit. Namun, risikonya tak tidak selalu berujung kematian. "Kalau pasien bisa bertahan dan dibawa ke rumah sakit, masih bisa diselamatkan," katanya.

Ada beberapa gejala serangan jantung yang patut dikenali, tetapi gejalanya tidak selalu sama pada setiap orang.  Sejumlah gejala penting yang harus diwaspadai di antaranya rasa kelelahan dan sesak napas, keringat dingin, mual muntah dan nyeri perut, nyeri dan rasa tertekan di dada, serta rasa nyeri di seluruh tubuh.

Rutin periksa jantung

Dasaad menambahkan, hal lain yang sering diabaikan padahan penting bagi pencegahan serangan jantung adalah melakukan check-up secara rutin minimal enam bulan sekali. Orang yang tampaknya sehat dan tak pernah mengalami gangguan jantung pun perlu sesekali memeriksakan kesehatan jantungnya secara khusus.

Pengecekan sederhana dan relatif cukup murah, kata Dasaad, dapat dilakukan dengan menggunakan treadmill test. Hasilnya memang masih kurang akurat, tapi setidaknya dapat mengukur aktivitas normal jantung Anda.

"Pemerikaan model ini sangat dianjurkan bagi mereka yang masih berusia cukup muda untuk mendeteksi adanya gangguan jantung sejak jauh-jauh hari.  Dengan tren pasien jantung yang semakin muda, pemeriksaan ini sangat disarankan, apalagi bagi mereka yang senang berolahraga," ujar Dasaad.

Untuk hasil yang lebih detail dan akurat, pengecekan jantung dapat dilakukan dengan pemeriksaan kateter atau coronary angiogram. Akurasi pemeriksaan ini menurut Dasaad hampir 100 persen dan sangat dianjurkan bagi mereka yang sudah mengalami keluhan.

"Ini memang pemeriksaan yang lebih serius dan disarankan bagi mereka pada usia-usia yang rentan dan telah mengalami keluhan.  Tetapi bagi mereka yang belum mengalami keluhan pun sangat baik untuk mengetahui penyumbatan yang dapat menyebabkan serangan jantung ," terangnya.

Kesadaran akan pentingnya pemeriksaan jantung perlu ditingkatkan mengingat pasien jantung kini semakin muda. Menurut data Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, sejak 2007 yang mencatat kurang lebih dari 3.000 kasus, sebagian besar pasien yang datang dengan serangan jantung berusia antara 45 dan 67 tahun, dengan usia rata-rata 57 tahun.  

Sedangkan berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan 2007, prevalensi atau jumlah kasus penyakit jantung koroner secara nasional mencapai 7,2 persen. Walaupun prevalensi hanya 7,2 persen, penyakit ini masih menjadi pembunuh nomor satu di Indonesia   Kematian mendadak akibat serangan jantung setelah olahraga kerap kita dengar akhir-akhir ini. Selain kalangan biasa, korban juga menimpa sejumlah publik figur seperti kasus terakhir yang menimpa politisi Adjie Massaid.  

Di ajang  pertandingan sepak bola, kita pun pernah mendengar beberapa pemain yang meninggal mendadak di lapangan hijau. Pada 3 April 2000, Eri Irianto mengembuskan napas terakhirnya di rumah sakit setelah pada sore harinya ia tiba-tiba menderita sakit saat bertanding dalam laga antara timnya, Persebaya, dan PSIM di Liga Indonesia 1999/2000.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com