Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak Penyandang Lupus Mengalami Diskriminasi

Kompas.com - 15/03/2011, 06:36 WIB

Jakarta, Kompas — Banyak penyandang lupus mengalami perlakuan diskriminatif. Padahal, lupus bisa dikendalikan dan penyandang mampu melakukan pekerjaan produktif.

Hal itu dituturkan Dian Syarief Pratomo, Senin (14/3). Pendiri Syamsi Dhuha Foundation, yayasan untuk para penyandang lupus yang bermarkas di Bandung, ini prihatin dengan begitu banyaknya penyandang lupus sulit mendapatkan pekerjaan.

Ketika penyandang lupus melamar pekerjaan, demikian Dian, mereka mampu melewati tahapan tes tertulis dan wawancara. Ini menunjukkan bahwa secara kemampuan, para penyandang lupus bisa disejajarkan dengan pelamar lain.

”Namun begitu menjalani tes kesehatan, penyandang lupus yang melamar pekerjaan tadi dinyatakan gagal,” kata Dian.

Mereka yang sudah bekerja di perusahaan pun bisa terancam dipecat bila ketahuan terkena lupus. Alasannya, ketika penyandang lupus membutuhkan istirahat beberapa hari ketika kondisinya sedang lemah, ia dianggap tidak produktif.

Dian bercerita, ada seorang anggotanya yang terpaksa menyembunyikan informasi bahwa ia menderita lupus karena tidak mau dianggap memanfaatkan kondisinya itu untuk tidak masuk kerja.

Otoimun

Lupus adalah suatu kelainan imunitas di mana antibodi yang seharusnya melindungi tubuh dari benda asing, seperti kuman, justru menyerang organ tubuh sendiri. Sampai sekarang belum diketahui penyebab pasti kelainan ini.

Ketika antibodi menyerang tubuh dan tidak tertangani dengan baik, akan menyebabkan komplikasi. Komplikasi inilah yang bisa menyebabkan kematian karena bisa terjadi di organ vital, seperti jantung, ginjal, otak, dan paru-paru.

Salah satu ciri penyandang lupus adalah mudah lelah dan kadang-kadang mengalami kelelahan berat. Dalam kondisi kelelahan berat inilah penyandang lupus sering kali hanya bisa terbaring lemah di tempat tidur. Kalau dipaksakan bekerja, gangguan lupus akan mengalami komplikasi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com