Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Industri Jamu Terjepit

Kompas.com - 26/04/2011, 03:14 WIB

Jakarta, Kompas - Industri jamu mengalami kesulitan akibat harga bahan baku melonjak tinggi. Perlu dukungan konkret dari pemerintah untuk menyelamatkan industri itu.

”Kalau begini terus, pengusaha jamu terpaksa memakai essence untuk menekan biaya produksi. Mereka tidak mau lagi menggunakan bahan baku asli jamu,” kata Ketua Umum Asosiasi Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Tradisional (GP Jamu) Charles Saerang, Senin (25/4/2011).

Saerang menyatakan hal itu seusai pembukaan Munas GP Jamu VI oleh Wakil Presiden Boediono di Istana Wapres.

Data yang dilansir GP Jamu menyebutkan, harga jahe kering naik dari Rp 36.000 per kilogram (kg) menjadi Rp 120.000 per kg (400 persen). Harga temulawak meningkat menjadi Rp 17.500 per kg dari Rp 10.000 per kg. Bahan baku jamu lain, puyang dan adas, naik 33 persen dan 15,4 persen.

”Enam bulan terakhir harga bahan baku jamu melonjak. Bukan hanya karena cuaca, tetapi juga pembelian dari luar, terutama Pakistan dan Banglades, yang tahu manfaat jahe,” ujar Saerang.

Kalau tidak ada dukungan dari pemerintah, menurut Saerang, bukan tidak mungkin rakyat Indonesia nantinya tidak mengenal jamu asli. ”Orang nanti hanya mengenal jamu essence, bukan jamu asli," katanya.

Ia memaparkan, omzet jamu Indonesia tahun 2009 sebesar Rp 8,5 triliun. Omzet ini meningkat menjadi Rp 10 triliun pada 2010. ”Namun, dari jumlah itu, industri jamu hanya menyumbang Rp 3 triliun. Sisanya adalah suplemen makanan, kosmetik, dan sebagainya,” ucap Saerang.

Dalam pidatonya, Wapres Boediono mengajak semua pihak untuk mengembangkan jamu dan obat tradisional. Ia meminta Menteri Perindustrian menyusun cetak biru pengembangan industri jamu. (ATO)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com