Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Doyan Makan Daging Bikin Tubuh Mudah Berkeringat?

Kompas.com - 27/04/2011, 08:11 WIB

KOMPAS.com - Jangan anggap sepele keringat yang membanjiri tubuh Anda. Keringat yang bukan berasal dari lipatan-lipatan kulit, bisa mengindikasikan Anda sedang berpenyakit. Apalagi jika keringat tersebut merata di seluruh tubuh, bisa jadi metabolisme tubuh Anda sedang bermasalah.

"Orang yang terus-menerus berkeringat meski tidak melakukan aktivitas yang berat, apalagi sedang berada di ruangan ber-AC, mungkin mempunyai masalah dengan metabolisme tubuhnya," ujar dr Hanny Nilasari, SpKK, saat talkshow "Dealing with Conflict in Workplace" bersama Rexona di Djakarta Theater, Rabu (20/4/2011) lalu.

Jika Anda mengalami hal seperti itu, dr Hanny menyarankan untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Menurut dr Hanny, asupan makanan sangat berpengaruh terhadap metabolisme tubuh kita. "Orang yang senang makan daging-daging yang sulit dicerna, sistem kerja metabolisme tubuhnya akan lambat. Agar metabolisme lancar, sebaiknya kita banyak mengonsumsi makanan berserat seperti gandum, sayuran, dan buah-buahan," ujar dokter yang berpraktik di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo ini.

Keringat sebenarnya merupakan cara alami untuk mendinginkan suhu tubuh. Suhu tubuh dikendalikan oleh sistem syaraf pusat. Namun, beberapa faktor dapat memengaruhi cara tubuh memproduksi keringat, seperti keadaan tertekan, hormon, infeksi, rempah-rempah, kafein, dan obat-obatan.

"Keringat dapat keluar akibat aktivitas fisik, suhu yang lembab, dan panas. Namun keringat juga bisa keluar saat stres yang disebabkan oleh konflik, baik konflik internal maupun eksternal," tambah dr Hanny. Konflik internal berasal dari diri sendiri, sedangkan konflik eksternal berasal dari lingkungan, misalnya lingkungan kerja.

Tentang keringat yang berbau, dr Hanny mengatakan bahwa semua keringat pasti memiliki bau. "Semua keringat itu pasti memiliki bau. Bahkan bau tersebut menjadi ciri khas karena setiap orang pasti memiliki bau keringat yang berbeda. Karena faktanya, kelenjar keringat selain menghasilkan cairan juga menghasilkan bau-bauan," ungkap dr Hanny.

Bau-bauan tersebut juga akan mengalami perbedaan sesuai tingkatan usia, karena semakin bertambah usia seseorang, maka kelenjar keringatnya akan semakin besar. "Kalau bayi, kelenjar keringatnya tipis, mulai usia sembilan tahun hingga mulai premenstruasi, kelenjarnya akan membesar dan menghasilkan lebih banyak keringat dan bau," tambahnya.

Bau keringat yang normal tentu menjadi ciri khas. Namun, bau keringat yang berlebihan tentu mengganggu diri sendiri dan orang lain. Menurut penelitian yang dilakukan Rexona, bau keringat yang tak wajar dipicu oleh emosi, dan berasal dari kelenjar apocrine yang mengeluarkan perpaduan protein, lemak, dan asam amino –tempat ideal untuk berkembang biaknya bakteri.

Sekresi dari kelenjar aprocrine bukanlah penyebab timbulnya bau tak sedap, namun bakteri yang berkembang biak dalam keringatlah yang menjadi penyebab utamanya. Bakteri micrococcaceae lebih menyukai ketiak wanita dan berbau agak asin, sedangkan organisme microscopic lipophile diphteriode lebih suka berada di ketiak pria dan mengeluarkan bau yang lebih kuat.

Untuk menghindari masalah yang timbul akibat keringat berlebih dan bau tak sedap, dr Hanny menyarankan agar kita menjaga kebersihan diri, menjaga asupan makanan, serta menggunakan deodoran yang cocok dengan kulit. "Rajin mandi, mungkin hal sepele, tapi ampuh untuk menjaga kebersihan tubuh kita. Dan jangan lupa untuk menggunakan deodoran setelah mandi," ujarnya.

Deodoran berfungsi untuk menyerap keringat, menyembunyikan bau dan mengurangi jumlah bakteri yang ada di ketiak. Antikeringat menghambat bakteri makanan dan melepaskan garam ke dalam keringat yang akan bereaksi dengan protein di dalamnya untuk mengurangi perkembangbiakan bakteri –tanpa mengganggu sistem pendinginan tubuh.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com