Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat dengan Kornea Artifisial

Kompas.com - 18/05/2011, 06:35 WIB

Indira Permanasari

Mata boleh dibilang merupakan jendela dunia. Kehilangan penglihatan bisa menjadi mimpi buruk. Hal itu dialami Ny Lin (39), warga Taiwan. Empat tahun lalu selaput konjungtiva dan kornea mata Lin rusak akibat sindrom Steven Johnson. Sejak itu Lin tidak bisa melihat.

Lin pernah menjalani tiga kali operasi di mata kanan dan dua kali operasi di mata kiri untuk mengikis jaringan bekas luka. Namun, Lin tidak kunjung dapat melihat dan kondisi matanya memburuk. Permukaan kedua matanya penuh luka dan korneanya menipis. Dia memutuskan berobat ke Singapura.

Kornea merupakan selaput bening di bagian luar bola mata yang menerima cahaya dari sumber cahaya serta meneruskan ke bagian lain dari mata. Peran kornea sangat penting bagi ketajaman penglihatan kita.

Bagian-bagian organ mata bekerja sama mengantarkan cahaya menuju ke otak untuk dicerna oleh sistem saraf sehingga gambaran yang kita lihat bisa diidentifikasi. Di kornea tidak ditemukan pembuluh darah. Kornea dan kelopak mata dilindungi oleh selaput transparan yang disebut konjungtiva. Lapisan ini berfungsi melindungi bola mata.

Gangguan pada kornea dan selaput pelindungnya dapat menimbulkan kebutaan. Dokter ahli mata dari Pusat Transplantasi Kornea dan Mata (TECTC) Singapore Medical Group, Leonard Ang, mengatakan, kebutaan kornea adalah penyebab kedua terbanyak kebutaan setelah katarak. ”Kerusakan kornea menyebabkan setidaknya 30 juta kasus kebutaan di dunia. Kerusakan berat pada permukaan mata termasuk penyakit mata paling kompleks dan menantang bagi dokter. Kerusakan dapat timbul akibat sindrom Steven Johnson, peradangan kronis, genetik, dan sebab lain,” kata Leonard Ang dalam temu media di Singapura beberapa waktu lalu.

Untunglah perkembangan teknologi protesa kian meluas. Tidak hanya organ gerak seperti kaki, tangan, dan sendi artifisial, kornea mata pun bisa dibuat artifisialnya (keratoprosthesis). Untuk kasus kerusakan berat dan kompleks seperti yang dialami Ny Lin, penderita tidak harus menunggu donor kornea.

Rekonstruksi mata

Leonard Ang mengatakan, bedah untuk pasien gangguan permukaan mata, dalam hal ini konjungtiva dan kornea, sangat kompleks. Pasien membutuhkan rekonstruksi permukaan mata, termasuk penggantian kornea. Dokter juga harus meminimalkan risiko penolakan cangkokan dan kegagalan.

Rangkaian proses dimulai dengan membuang jaringan yang sakit atau luka dan mengganti dengan jaringan sehat.

Untuk merekonstruksi konjungtiva (selaput pelindung pada permukaan mata), Ang mengatakan, dapat dilakukan menggunakan lapisan dari jaringan plasenta sebagai penutup. Hal itu membantu menyembuhkan permukaan mata dan meregenerasi sel-sel permukaan baru.

Bagian lain dari operasi itu adalah penggantian kornea dengan kornea buatan (keratoprosthesis). ”Transplantasi kornea dari donor manusia maupun bank mata menjadi alternatif untuk mengganti kornea yang rusak. Namun, ada sejumlah risiko, antara lain tingkat kegagalan cangkok kornea dalam waktu dua tahun karena penolakan tubuh dan operasi sangat kompleks. Belum lagi ketersediaan donor mata,” kata Ang.

Sebaliknya, kata Ang, pada transplantasi kornea buatan (keratoprosthesis) risiko kegagalan dan penolakan terhadap kornea buatan lebih kecil. Kini tersedia kornea buatan yang terbuat dari poly(methyl metacrylate) optik.

Dengan pembedahan, keratoprosthesis dijahit pada bola mata guna menggantikan kornea lama. ”Tidak perlu menarik benang jahitan. Setelah mata pulih, benang jahitan itu tidak akan terlihat sehingga tidak mengganggu penampilan,” ujarnya.

Menurut Ang, pasien tidak perlu minum obat seumur hidup karena kecil penolakan oleh tubuh. Prosedur itu dapat dilakukan tanpa ada batasan usia. Risiko seperti infeksi dan glukoma dapat dihindari dan ditangani.

Seusai operasi penanaman kornea buatan, kondisi mata Ny Lin membaik. Dua bulan setelah operasi, dia sudah dapat menulis dan membaca kembali. Selain itu, ia juga mampu melakukan berbagai kegiatan normal untuk mandiri sehari-hari. Dunianya tidak lagi gelap.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com