Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konsumsi Susu Berlebihan Picu Osteoporosis?

Kompas.com - 30/05/2011, 07:02 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Ahli gizi klinis dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Samuel Oetoro, MS, SpGK, tidak menyangkal pendapat bahwa konsumsi susu yang berlebihan dapat memicu timbulnya osteoporosis atau keropos tulang.  

Menurut Samuel, susu memiliki kandungan gizi lengkap, termasuk protein, kalsium, dan asam lemak penting bagi tubuh. Namun, susu bisa saja memberi efek merugikan apabila konsumsinya setiap hari membuat seseorang menjadi kelebihan asupan protein.

"Kita tahu, di dalam susu kan mengandung protein. Kalau orang konsumsi proteinnya berlebihan, dia akan menarik kalsium dari dalam tulang," katanya, Jumat (27/5/2011) di Jakarta.

Samuel memaparkan, kebutuhan protein orang normal antara 0,8 gram dan 1,5 gram per kg berat badan. Namun, kalau dalam kondisi sakit, protein dapat diberikan sampai 1,5 gram per kg, bahkan 2 gram per kg berat badan.

"Artinya kalau Anda beratnya 60 kg, maksimal (kebutuhan protein) sehari 120 gram. Kalau Anda minum susu, misalnya sehari sampai 10 gelas, berarti kan 60-70 gram. Padahal, kebutuhan Anda 100 gram, dan Anda masih makan nasi, ayam, ikan. Artinya Anda akan kelebihan (protein). Kalau kelebihan, pelan-pelan kalsium akan ditarik dari dalam tulang," ungkapnya.

Meski begitu, Samuel menegaskan bahwa jangan mengartikan susu secara langsung sebagai penyebab osteoporosis. Pasalnya, banyak manfaat yang diperoleh dari susu sebagai bahan makanan yang mengandung gizi lengkap dan seimbang.

"Justru susu, bagusnya, akan memasukkan kalsium ke dalam tulang dan dia akan mencukupi asupan protein. Dalam terbentuknya tulang, itu perlu protein karena protein itu ibaratnya perekat," imbuhnya.

Samuel menambahkan, penyebab terjadinya osteoporosis bukan karena seseorang kekurangan kalsium semata, melainkan disebabkan banyak faktor.

"Osteoporosis itu banyak faktor penyebabnya. Seperti sinar matahari, benturan, aktivitas, itu akan lebih memperkuat tulang," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com