Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sakit Jantung Hindari Olahraga Berat

Kompas.com - 31/05/2011, 08:04 WIB

JAKARTA,KOMPAS.com – Untuk menjaga agar tubuh selalu dalam kondisi fit, olahraga yang teratur memang sangat diperlukan. Aktivitas fisik ini tidak saja bermanfaat bagi yang sehat, tetapi juga bagi mereka yang mempunyai masalah dengan kegemukan (obesitas) dan penyakit jantung.

Tetapi khusus penderita sakit jantung, olahraga dapat diibaratkan buah simalakama. Dilakukan salah, tidak dilakukan justru dapat berakibat lebih buruk. Menurut spesialis bedah jantung, paru dan pembuluh darah dari MRCCC Siloam, Yanto Sandy Tjang, bagi mereka yang sudah divonis sakit jantung, olahraga tetap harus dilakukan tetapi intensitasnya harus dikurangi.  Pasien juga harus memilih olahraga ringan untuk menghindari beban kerja jantung yang terlalu berat.

“Kalau dia berlebihan justru jelek. Karena kebutuhan oksigennya tidak dapat dipenuhi oleh jantung. Dan kalau jantung dipaksa bekerja lebih berat, sementara supply darah maupun oksigennya itu terhambat akibat sumbatan, maka jantung akan berhenti,” ujarnya di sela-sela  seminar bertajuk 'Cardiac Disease What & How, Sabtu, (28/5/2011) kemarin.

Yanto menjabarkan, penyempitan pada pembuluh darah koroner  umumnya terjadi secara perlahan-lahan tetapi berkelanjutan. Apabila, pasien mengalami penyumbatan pada pembuluh darah jantung misalnya sebesar 70 persen, maka sudah terjadi hambatan, meski masih ada sisa 30 persen untuk aliran darah.

Pada situasi ini, kata Yanto, tidak akan bermasalah selama pasien tidak beraktivitas yang berat dan supply darah ke jantung masih cukup. “Tetapi begitu, dia melakukan aktivitas berlebihan, ditambah stres, pembuluh darah akan menjadi keram dan menciut. Sehingga, penyumbatan yang 70 persen tadi mungkin bisa jadi 100 persen. Dan saat itulah orang itu terkena serangan jantung dan bisa mati mendadak,” terangnya.

Skrining awal

Sebagai upaya pencegahan, Yanto menganjurkan supaya tetap menjaga pola hidup sehat dengan memperhatikan asupan makanan.  Hal lain yang tak kalah penting adalah dengan melakukan skrining awal mendeteksi gangguan jantung

Skrining yang paling mudah yakni dengan melakukan pemeriksaan kalsium skor. Menurut Yanto, pemeriksaan kalsium skor merupakan skrining paling mendasar dan tak bisa memberi vonis seseorang terkena jantung atau tidak, tapi paling tidak memberikan gambaran kasar.

“Kalau kalsium skornya itu tinggi, kecurigaan kita ada sumbatan di jantung lebih besar, tetapi kalau kalsium skornya rendah, kita juga tidak bisa mengatakan orang itu tidak apa-apa,” jelasnya.

Untuk mendapatkan hasil yang lebih pasti Yanto menganjurkan untuk dilakukan pemeriksaan lebih komprehensif melalui CT-Scan. Pasalnya, melalui pemeriksaan tersebut dapat terlihat lebih jelas apakah ada penyumbatan atau tidak. “Kalau ada penyumbatan, kita harus tindak lanjuti lagi dengan pemeriksaan kateterisasi jantung, yang akan memberikan kepastian seratus persen,” tegasnya.

Kateterisasi jantung atau arteriografi koroner merupakan suatu prosedur medis yang dilaksanakan dengan tujuan mendeteksi, mencari atau mengobati penyakit jantung. Sebuah selang yang panjang, tipis, dan fleksibel, disebut juga kateter, dimasukkan ke dalam tubuh melalui pembuluh darah besar melalui lengan, paha bagian atas, atau leher.

“Secara perlahan kateter dimasukkan ke jantung dari pembuluh darah jantung. Lalu di semprot zat kontras, setelah itu di foto, sehingga kita bisa lihat bagaimana aliran zat kontras ini di dalam pembuluh darah jantung. Kalau ada sumbatan, maka kita akan melihat adanya hambatan pengaliran dari zat kontras itu,” pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com