BEKASI, KOMPAS.com - Terapi sel punca (stem cell) untuk mengganti hati yang rusak akibat pengerutan hati atau sirosis kini sedang giat dikembangkan di China. Dengan terapi ini, hati yang rusak dihidupkan kembali sehingga dapat berfungsi normal meski tanpa dilakukan transplantasi hati.
Selama ini, transplantasi hati menjadi pilihan terbaik bagi pasien kanker hati atau sirosis hati yang sudah dalam stadium akhir. Akan tetapi, faktor utama yang membatasi terapi ini adalah terbatasnya jumlah donor dan biaya yang sangat mahal, mencapai miliaran rupiah.
Di dunia international, sejak beberapa puluh terakhir terus diteliti alternatif lain pencangkokan hati dengan sel punca. Terapi ini bertujuan untuk menggantikan sel atau organ yang rusak dengan sel-sel baru yang berasal dari sel punca.
Sel punca merupakan sel primitif yang memiliki kemampuan memperbaharui diri menjadi berbagai fungsi jaringan sel maupun organ. Oleh karena itu, dalam dunia medis sel ini disebut dengan sel multi fungsi.
Berbeda dengan sel dewasa, seperti sel otot jantung atau sel darah merah, sel punca bisa tumbuh kembang melalui proses pembelahan sel dan bisa dikembangbiakan di laboratorium menjadi jutaan sel. Sel ini juga bisa berkembang menjadi jenis sel tertentu dengan fungsi khusus pada jaringan atau organ yang ditempatinya.
Misalnya, jika disuntikkan ke hati, sel ini bisa menuju jaringan rusak lalu berubah menjadi sel pembuluh darah hati atau organ hati baru.
China merupakan salah satu negara yang terus mengembangkan metode ini. Menurut Prof.dr.Wang Rong Hua, dari Rumah Sakit Modern Guangzhou, China, dalam 3 tahun terakhir ini sudah 30 pasien kanker hati yang diterapi dengan metode sel punca dengan hasil yang baik.
"Untuk mengobati hati, sel punca diambil dari sumsum tulang atau sel darah. Pembiakan lalu dilakukan di luar tubuh (in vitro) kemudian dimasukkan kembali ke dalam tubuh melalui pembuluh arteri hati karena pembuluh ini adalah pemasuk nutrisi sehingga hasilnya lebih efektif," katanya dalam acara seminar Naturopathi yang diadakan di RS Masmitra, Pondok Gede, Bekasi, Rabu (1/6/2011) .
Ia menjelaskan, terapi sel punca relatif lebih murah dan tidak menimbulkan komplikasi. "Lukanya juga lebih kecil dan risiko penolakan tubuh tidak terjadi karena selnya diambil dari tubuh sendiri," katanya.
Keberhasilan