Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024

Obesitas, Anak Rawan Penyakit

Kompas.com - 15/06/2011, 15:57 WIB
EditorAsep Candra

KOMPAS.com — Anak-anak yang kegemukan atau memiliki berat badan yang sangat berlebih (obesitas) terancam berbagai penyakit kronis, seperti diabetes melitus, penyakit kardiovaskular, henti napas saat tidur, osteoartritis, hingga gangguan pubertas pada anak perempuan.

Saat ini, diperkirakan ada 300 juta orang di dunia yang menderita obesitas. Jumlah ini setara dengan jumlah penduduk yang kelaparan. Di Amerika Serikat, menurut data tahun 2003, anak yang obesitas sudah mencapai 15 persen penduduk. Sementara itu, di Tanah Air, menurut Riskesdas 2010 terdapat 14 persen anak usia 0-5 tahun yang kegemukan.

"Baik obesitas maupun kegemukan bukan masalah estetika atau penampilan. Namun, ini adalah penyakit. Meski tidak ada data secara nasional, tetapi obesitas sudah menjadi pandemi di Indonesia," kata dr Aman Bhakti Pulingan, SpA, ahli endokrinologi anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Ia menjelaskan, obesitas kini sudah dikategorikan sebagai penyakit oleh para ahli dari seluruh dunia. "Kegemukan juga menjadi masalah ekonomi karena berkaitan dengan biaya kesehatan negara," katanya dalam acara konferensi pers Cermati Asupan Gula Berlebih pada Susu Anak, Rabu (15/6/2011) di Jakarta.

Orangtua yang memiliki anak obesitas disarankan untuk mulai mengambil langkah menurunkan berat badan anak agar anak terhindar dari risiko penyakit.

"Kembalikan anak pada pola hidup sehat. Asupan kalorinya tidak boleh lebih dari 1.600 per hari, perbanyak aktivitas fisik, dan cermati komponen makannya," imbuhnya.

Penelitian menunjukkan, 1 dari 6 remaja gemuk menderita pra-diabetes, suatu keadaan ketika toleransi terhadap glukosa terganggu. "Jika diintervensi dengan pola makan yang benar selama 20 bulan, maka anak bisa terhindar dari diabetes. Ingat! Sekali diabetes, seumur hidup anak akan diabetes," katanya.

Ia juga menganjurkan agar anak yang kegemukan atau orangtuanya menderita diabetes sebaiknya melakukan pemeriksaan gula darah. "Anak usia 10 tahun sudah disarankan untuk melakukan check up. Namun jika punya faktor risiko, sebaiknya jangan menunda pemeriksaan sampai anak remaja," katanya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+