Ekstraksi merupakan Kunci Keberhasilan Obat Herbal

Jakarta, Kompas - Teknologi ekstraksi bahan-bahan obat herbal menjadi kunci keberhasilan industri di bidang kesehatan tersebut. Teknologi ekstraksi harus menjamin kualitas dan khasiat obat herbal agar tidak berubah pada proses pengolahan dan pengemasannya.

”Teknologi ekstraksi yang tepat tidak akan mengurangi khasiat obat herbal,” kata ahli ekstraksi bahan alam dari Pusat Penelitian Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Leonardus Broto Sugeng Kardono, dalam diskusi ”Inovasi Teknologi Ekstraksi Bahan Alami Menghasilkan Obat Herbal yang Efektif”, Kamis (16/6) di Jakarta.

Menurut Broto, ada tiga jenis pelarut obat herbal yang baik untuk digunakan, yaitu, air, alkohol hasil fermentasi, dan larutan karbon dioksida.

Pembicara lain, Direktur Utama PT Deltomed Laboratories Nyoto Wardoyo, mengatakan, teknologi ekstraksi bahan-bahan alam itu menjadi tantangan utama bagi industri yang bergerak di bidang produksi obat herbal. Saat ini perusahaannya menggunakan teknologi ekstraksi bahan herbal dari Jerman.

”Teknologi ekstraksi dari Jerman itu memungkinkan khasiat obat dari bahan-bahan herbal yang diolah tetap terjaga,” kata Nyoto.

Dengan teknologi yang disebut Quadra Extraction System dari Jerman, kata Nyoto, pihaknya meramu ekstrak jahe, jeruk nipis, kencur, thyme, mint, akar manis, dan biji pala menjadi obat batuk.

Sumali Wiryowidagdo, ahli obat herbal dari Pusat Studi Obat Bahan Alam Departemen Farmasi pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia yang juga menjadi pembicara, mengatakan, teknologi ekstraksi yang dikembangkan industri obat herbal memungkinkan penyimpanan obat herbal dalam jangka waktu lama.

”Efektivitas obat herbal juga ditentukan proses produksinya,” kata Sumali.

Menurut Sumali, Badan Pengawas Obat dan Makanan memiliki standar untuk sistem yang higienis dan efisien dalam proses produksi obat herbal. Standar itu dituangkan dalam ketentuan Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik. (NAW)