Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Katarak, Penyebab Utama Kebutaan

Kompas.com - 23/06/2011, 06:23 WIB

JAKARTA, KOMPAS — Indonesia menjadi salah satu negara dengan risiko kebutaan tinggi di dunia. Namun, sampai saat ini penanggulangan masalah kebutaan belum menjadi prioritas pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah.

Dokter spesialis mata yang juga mantan Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami), Tjahjono Darminto Gondhowiardjo, mengatakan, persentase kebutaan di Indonesia terus meningkat. Berdasarkan survei tahun 1982, angka kebutaan 1,2 persen dari jumlah penduduk. Pada survei tahun 1993-1996, angka kebutaan naik menjadi 1,5 persen.

”Tahun 2008, Riset Kesehatan Dasar menyatakan, angka kebutaan di Indonesia hanya 0,9 persen. Namun, metodologi survei itu tidak bisa dibandingkan dengan survei tahun 1993-1996 sehingga tidak menggambarkan kondisi sesungguhnya,” ujarnya saat menyampaikan kuliah inaugurasi sebagai anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), Rabu (22/6), di Jakarta.

Menurut dia, penyebab terbesar kebutaan di Indonesia adalah kebutaan katarak (52 persen). Paparan cahaya matahari yang mengandung sinar ultraviolet serta kurangnya nutrisi menjadi pemicu. Kebutaan jenis ini bisa direhabilitasi lewat operasi. Artinya, angka kebutaan di Indonesia bisa ditekan jika para penderita katarak bisa dioperasi.

Masalahnya, sebagian besar penderita katarak tidak memiliki biaya untuk operasi. Pemerintah tidak melakukan upaya serius untuk menanggulangi masalah itu sehingga angka kebutaan di Indonesia terus bertambah. Padahal, biaya untuk mengoperasi penderita katarak tidak semahal penyakit lain, seperti jantung atau kanker. ”Untuk satu pasien, biayanya hanya Rp 600.000-Rp 1 juta,” kata Tjahjono.

Menurut dia, kesehatan mata berpengaruh pada tingkat produktivitas seseorang dan pada akhirnya memengaruhi produktivitas bangsa. Karena itu, pemerintah dan swasta perlu bekerja sama untuk menurunkan angka kebutaan.

Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih mengatakan, kendala biaya untuk operasi katarak bisa diatasi dengan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Namun, Jamkesmas tidak bisa langsung dipakai karena jumlah dokter spesialis mata di Indonesia minim.

”Ke depan, jumlah dokter perlu ditambah bekerja sama dengan perguruan tinggi yang membuka spesialisasi mata,” kata Menteri Kesehatan.

Operasi katarak

Pada hari yang sama, operasi katarak gratis bagi 1.000 pasien dalam rangka ulang tahun ke-61 Kodam I Bukit Barisan di Rumah Sakit TNI Putri Hijau, Medan, Sumatera Utara (Sumut), dilaksanakan.

Operasi katarak itu menggunakan metode sayatan berbentuk V untuk membuka lapisan anterior pada kapsul lensa mata. Menurut dokter ahli mata, Letkol CKM Muhammad Irsan, hal itu lebih memudahkan dokter dalam mengoperasi pasien katarak ketimbang sayatan berbentuk seperti membuka kaleng yang biasa dilakukan.

”Metode ini lebih cepat. Lensa pengganti mudah dimasukkan untuk menggantikan lensa lama yang diambil karena katarak,” katanya. Metode ini dikenalkan Sanduk Ruit dari Institut Tilganga Kathmandu, Nepal, yang turut mengoperasi para pasien di Sumut. Dalam operasi satu pasien hanya perlu waktu 5-7 menit. (ARA/WSI)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com