Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teknologi Nuklir untuk Deteksi Kanker

Kompas.com - 25/06/2011, 04:08 WIB

JAKARTA, KOMPAS - Deteksi dini kanker lewat pemeriksaan molekul sel kanker di tubuh mulai marak di Indonesia. Metode yang menggunakan teknologi berbasis nuklir ini dinilai bisa memberikan informasi yang lebih spesifik sehingga terapi yang diberikan kepada pengidap kanker bisa lebih akurat.

Johan S Masjhur, Guru Besar Kedokteran Nuklir dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, menuturkan, paradigma pengobatan penyakit telah berubah. Jika sebelumnya deteksi dan penanganan penyakit dilakukan dengan melihat organ, kini deteksi dan terapi dilakukan dengan mengamati perubahan sel abnormal hingga ke tingkat molekul.

”Prinsip utama paradigma baru ini adalah mengidentifikasi sel abnormal dengan pemancar sinar gamma dan terapi sel abnormal dengan pemancar sinar beta,” katanya dalam seminar Deteksi Dini dan Teknologi Baru dalam Terapi Kanker, Jumat (24/6) di Jakarta.

Metode baru ini, menurut Johan, menyediakan informasi yang lebih spesifik tentang proses molekuler yang menjadi pemicu suatu penyakit. Dengan informasi yang lebih spesifik, dokter bisa memberikan terapi yang lebih akurat bagi pasien.

Menurut dia, metode ini sudah banyak diterapkan di luar negeri. Di Indonesia, perkembangan masih stagnan karena kurangnya pemahaman masyarakat terhadap teknologi kedokteran berbasis nuklir. ”Masyarakat fobia pada nuklir. Padahal, teknologi ini aman dan sudah diterapkan di banyak bidang lain,” katanya menjelaskan.

Eko Purnomo, dokter spesialis kedokteran nuklir, mengatakan, pengamatan molekul bisa dilakukan dengan alat positron emission tomography (PET). Pemeriksaan dilakukan dengan menyuntikkan senyawa yang mengandung radioaktif (radiofarmaka) ke pembuluh darah pasien. Selanjutnya, PET akan mengambil gambar dari seluruh tubuh pasien.

”Gambar yang dihasilkan PET akan menunjukkan lokasi berkumpulnya radiofarmaka, yang berarti merupakan lokasi sel-sel kanker aktif,” katanya.

Eko menambahkan, citra yang dihasilkan PET akan digabungkan dengan citra tentang informasi anatomi tubuh yang dihasilkan alat sinar-X computed tomography (CT). Penggabungan citra PET/CT akan memberikan informasi seluruh sistem organ tubuh secara lengkap.

”Sekarang teknologi ini sudah ada di Indonesia, jadi tidak perlu ke luar negeri untuk melakukan pemeriksaan ini,” kata Eko.

(ARA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com