Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menkes: Penyakit Katastrofik Membebani

Kompas.com - 03/08/2011, 09:34 WIB

JAKARTA, KOMPAS - Dua anak, yakni Azka dan Shafa Azalia, yang menderita Sindrom Guillain-Barre atau GBS, sejak Senin (1/8) dirujuk ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta setelah keduanya dijenguk oleh Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih.

Azka (4) sebelumnya dirawat selama 20 hari di RS Azra Bogor. Adapun Shafa (4) selama hampir 10 bulan dirawat di RS St Carolus Jakarta.

Jika biaya perawatan Azka di Bogor mencapai hampir Rp 100 juta, Shafa menghabiskan tak kurang dari Rp 600 juta. Azka lebih beruntung dibandingkan Shafa karena ayah Azka, Anto, adalah seorang dosen sebuah universitas negeri di Pekan Baru, Riau, sehingga biaya perawatan Azka akan didanai oleh PT Askes. Di sisi lain, hingga Selasa (2/8) belum jelas apakah Shafa dapat didanai oleh Jamkesmas.

Menurut Wina, ibunda Shafa, ia dan suaminya masih berutang Rp 300 juta kepada RS St Carolus. Sebelumnya, biaya yang juga sebesar Rp 300 juta ia bayar dengan biaya dari perusahaan asuransi ACA tempat suaminya bekerja (Rp 15 juta), sumbangan rekan kerja suaminya (Rp 17 juta), sumbangan dokter-dokter dan donatur di RS St Carolus (Rp 35 juta), dana dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta (Rp 100 juta). Sisanya dari tabungan dan menjual barang-barang.

”Saya tidak tahu bagaimana kami harus membayar utang di RS St Carolus. Untungnya rumah sakit itu berbaik hati mengizinkan Shafa dirujuk ke RSCM, dan suami saya diminta membuat surat pernyataan,” kata Wina sambil meneteskan air mata.

Menteri Kesehatan ketika dihubungi menyatakan, khusus untuk biaya perawatan Shafa di RS Carolus sebagian akan dibantu Jamkesmas.

”Mungkin masih ada yang harus ditanggung orangtua sebagian, belum kami hitung. Di RSCM, soal baru lagi nanti. Biaya akan dibantu sebagian oleh Jamkesmas, sebagian oleh RSCM, sisanya kami minta partisipasi masyarakat,” kata Menkes.

Ia mengatakan, untuk penyakit seperti GBS yang membutuhkan biaya mahal tak cukup sistem untuk meringankan biaya pengobatan. ”Walau nanti kita memiliki sistem pembiayaan kesehatan, penyakit-penyakit katastrofik mungkin tidak akan tercover. Kita melihat bukti-bukti di negara lain, termasuk Amerika Serikat dan Brasil, jika terlalu generous, sistem tak akan bertahan lama. Karena cepat bangkrut. Ini yang kami khawatirkan. Lebih baik mulai dengan sedikit modest, lalu ditambah. Karena itu, peran serta masyarakat diharapkan,” katanya. (IJ)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com