Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pahami 8 Fakta Penting Soal Imunisasi

Kompas.com - 04/08/2011, 11:24 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com – Sampai saat ini, beberapa pendapat keliru di masyarakat tentang imunisasi masih sering terjadi. Sebagian orang merasa bahwa imunisasi tak diperlukan lagi lantaran pada dasarnya manusia sudah dikaruniakan kekebalan oleh sang pencipta.

Hal tersebut disampaikan Sekretaris Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Soedjatmiko, Sp.A K (Msi)  di sela-sela acara journalist class, dengan tema “Kesehatan Fisik dan Mental Anak Sebagai Investasi Tak Ternilai Bagi Bangsa”, Rabu, (3/8/2011) di Jakarta.

Menurut Soedjatmiko, pendapat tersebut sebetulnya tak sepenuhnya salah, namun juga tidak sepenuhnya benar. “Benarnya adalah bahwa memang betul Tuhan telah memberikan kekebalan pada tubuh kita. Tapi kalau kumannya dalam jumlah banyak dan ganas, tubuh kita tidak akan bisa melawan,” katanya.

Ia mencontohkan, pada negara-negara maju yang sosial ekonomi nya baik, gizinya bagus, dan lingkungannya bersih, masih bisa terkena wabah bakteri E Coli. Padahal, sebagaimana diketahui, mereka bukanlah dari sosial ekonomi yang buruk. Pada kasus tersebut Soedjatmiko berkesimpulan bahwa, kebersihan badan, lingkungan dan gizi yang baik belum mampu untuk mencegah penyakit menular.

“Ini untuk mengcounter pendapat-pendapat yang mengatakan bahwa imunisasi itu tidak perlu,” tegasnya.

Soedjatmiko juga memaparkan 8 fakta seputar imunisasi yang perlu diketahui. Hal ini dimaksudkan agar tidak ada lagi salah kaprah di masyarakat mengenai imunisasi.

1. Imunisasi merangsang kekebalan spesifik bayi dan anak

Pemberian vaksin akan merangsang peningkatan kekebalan spesifik pada bayi dan anak untuk membunuh kuman atau racun yang dihasilkan oleh kuman yang masuk ke dalam tubuh. Jadi vaksin tidak melemahkan kekebalan tubuh, tetapi justru merangsang peningkatan kekebalan tubuh yang spesifik terhadap kuman atau racun.

2. Imunisasi mencegah penyakit berbahaya

Kalau anak tidak di imunisasi, maka tubuhnya tidak mempunyai kekebalan yang spesifik terhadap penyakit. Bila kuman berbahaya yang masuk bersifat ganas dan banyak, maka tubuh tidak akan mampu melawan, sehingga bisa menyebabkan sakit berat, cacat atau meninggal. Sampai saat ini, imunisasi yang sudah disediakan oleh pemerintah untuk imunisasi rutin meliputi, Hepatitis B, Polio, BCG, DPT, Campak dan vaksin jemaah haji (Maningitis). 3. Imunisasi lebih praktis dan efektif cegah penyakit

Imunisasi lebih praktis, karena sangat cepat meningkatkan kekebalan spesifik tubuh bayi dan anak. Setelah diimunisasi dalam waktu 2-4 minggu, maka akan mulai terbentuk kekebalan spesifik tubuh bayi dan anak untuk melawan kuman. Sementara itu, pemberian ASI, hidup sehat, dan kebersihan lingkungan memang dapat menurunkan risiko serangan penyakit, tetapi membutuhkan waktu  berbulan-bulan untuk memperbaikinya. Sehingga lebih sulit dan lebih lama hasilnya dibandingkan imunisasi.

4. Negara maju tetap butuh imunisasi

Negara maju dengan tingkat gizi dan lingkungan yang baik tetap melakukan imunisasi rutin pada semua bayinya, karena terbukti bermanfaat untuk bayi yang diimunisasi dan mencegah penyebaran ke anak sekitarnya. Sampai saat ini menurut data WHO, sekitar 194 negara maju maupun sedang berkembang tetap melakukan imunisasi rutin pada bayi dan balitanya. “Jadi, tidak benar kalau ada informasi yang mengatakan negara kaya tidak membutuhkan imunisasi. Mereka tetap melakukan vaksinasi, bahkan vaksin yang diberikan jauh lebih banyak,” kata Soedjatmiko.

5. Tidak ada negara yang melarang program imunisasi

Sampai saat ini, tidak ada satupun negara yang melarang program vaksin. Semua ahli-ahli di dunia dan pemerintah yakin dan sepakat bahwa program vaksin pentng dan bermanfaat untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat penyakit berbahaya.

6. Vaksin imunisasi di Indonesia adalah produk lokal

 Vaksin yang digunakan untuk program imunisasi di Indonesia dibuat oleh PT. Biofarma Bandung dan sudah dinyatakan aman oleh badan internasional WHO. Bahkan vaksin buatan Biofarma saat ini sudah digunakan oleh Unicef untuk lebih dari 120 negara didunia. “Masa, negara lain percaya sama produk kita, tapi kita sendiri nggak,” katanya.

7. Pasca imunisasi muncul ‘kejadian ikutan pasca imunisasi’

Setelah imunisasi kadang muncul kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) seperti demam ringan sampai tinggi, bengkak, kemerahan dan gampang rewel. Menurut Soedjamiko, kejadian seperti itu adalah reaksi yang umum terjadi pasca imunisasi. Biasanya dalam hitungan 3-4 hari, gejala tersebut akan berangsur-angasur hilang dengan sendirinya. 8. Setelah diimunisasi masih bisa terkena penyakit, tapi ringan

Soedjatmiko mengatakan, perlindungan imunisasi memang tidak ada yang 100 persen. Artinya, setelah diimunisasi, bayi dan anak masih bisa terkena penyakit, tapi kemungkinannya sangat kecil yakni sekitar 5-15 persen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com