Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bunga Kamboja Pengusir Nyamuk

Kompas.com - 01/09/2011, 02:44 WIB

 Sri Rejeki

Bunga kamboja (Plumeria acuminata) di Indonesia banyak ditemui di pekuburan sehingga berkonotasi dengan hal-hal klenik. Padahal bunga yang indah, awet, dan harum ini punya banyak manfaat, antara lain sebagai pengusir nyamuk.

Bunga kamboja mengandung minyak atsiri yang mengandung senyawa geraniol yang dapat mengusir nyamuk. Bunga berwarna putih dan ada pula yang berwarna kuning ini juga mengandung sitronelol dan linalol yang memberi efek relaksasi dan mengurangi stres.

Ketersediaan bunga kamboja yang melimpah karena belum banyak dimanfaatkan, kecuali sebagai bunga tabur di pekuburan, mendorong Dwi Hantoko, Dewi Wahyuningtyas, dan Lilis Kristiyani yang kuliah di Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo memanfaatkan bunga kamboja. Mereka memilih pemanfaatan bunga kamboja sebagai pengusir nyamuk alamiah mengingat selama ini pengusir nyamuk lebih banyak dibuat dari zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan tubuh.

”Pohon kamboja mudah tumbuh di dataran rendah hingga ketinggian 700 meter di atas permukaan laut. Berbeda dengan tumbuhan lain, seperti lavender, zodia, atau sereh,” kata Dwi Hantoko, bersama dosen pendamping Wirawan Ciptonugroho, Selasa (23/8).

Lavender, zodia, dan sereh juga mengandung geraniol, sitronelol, dan linalol, tetapi lebih sulit ditanam atau seperti sereh lebih banyak dimanfaatkan sebagai bumbu masak.

Pengusir nyamuk dipilih dalam bentuk lilin karena ekstrak bunga kamboja murni tidak dapat langsung digunakan, tetapi perlu dipanaskan agar menghasilkan bau untuk mengusir nyamuk.

Minyak kamboja

Untuk membuat minyak bunga kamboja, helai-helai bunga diiris kecil-kecil lalu ditambahkan pelarut dengan perbandingan 1:3. Dari 50 gram bunga segar ditambah 150 mililiter pelarut dapat dihasilkan 15 mililiter minyak bunga kamboja, setelah didistilasi atau dipisahkan antara minyak dan pelarutnya.

Setelah itu dibuat lilin yang berbahan baku parafin, asam stearat, dan pewarna. Setelah campuran bahan baku lilin meleleh, baru ditambahkan esktrak bunga kamboja. Dari 80 gram parafin dan 10 gram asam stearat dapat dihasilkan 6-8 buah lilin dengan berat masing-masing 13-18 gram.

Jika sudah berbentuk lilin, bunga kamboja pun tinggal dibakar. Aroma yang dihasilkan dari pembakaran adalah terasa harum di sekitar ruangan, tetapi paling tidak disukai nyamuk. ”Pengusir nyamuk ini tidak mengganggu pernapasan,” kata Dwi.

Bahkan aroma yang keluar dari lilin yang dibakar juga dapat berfungsi sebagai aroma terapi. Itu sebabnya, produksi lilin Dwi dan teman-teman dinamakan PhyKa, singkatan dari aromatherapy kamboja.

Pengujian

Untuk uji pengusir nyamuk, Dwi dan kawan-kawan sengaja menyiapkan jentik-jentik nyamuk ke dalam dua perangkap yang terbuat dari kawat kasa. Ke dalam salah satu perangkap dinyalakan lilin bunga kamboja buatan mereka selama 15-30 menit.

”Nyamuk-nyamuk yang muncul dari jentik-jentik lantas berjatuhan karena menghirup aroma lilin yang dibakar, sedangkan di perangkap yang tidak dipasangi lilin, nyamuk tetap hidup,” kata Dwi.

Atas kreativitas ini, ketiganya diberi dana Rp 5,8 juta dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional untuk modal pengembangan usaha.

Menurut Dwi, sebuah penyelenggara acara pernikahan menyatakan berminat menjadikan lilin produksi mereka sebagai suvenir. Selain mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah, kreativitas yang awalnya digagas untuk mengikuti Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional 2011 ini ternyata memiliki nilai ekonomis. Satu buah lilin yang ditempatkan di gelas kecil di dalam kardus dijual Rp 7.500 atau Rp 5.000 tanpa kardus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com