Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jemaah Lansia Rentan Alami Kelelahan

Kompas.com - 14/09/2011, 05:07 WIB

Jakarta, Kompas - Rangkaian kegiatan ibadah haji menuntut kesiapan dan ketahanan fisik jemaah. Karena itu, jemaah perlu mendapat asupan nutrisi cukup dan tepat waktu, minum teratur meski cuaca tidak panas, istirahat cukup, dengan mengutamakan ibadah wajib dan mengurangi kegiatan rekreasi.

Hal itu diingatkan Koordinator Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (Papdi) Forum Haji, Agasjtya Wisjnu Wardhana, dalam simposium mini Papdi di Jakarta, Selasa (13/9).

Mayoritas jemaah Indonesia berumur lebih dari 45 tahun. Karena itu rentan mengalami kelelahan fisik. ”Selama 6-7 hari menjalankan rukun utama haji, jemaah harus menempuh perjalanan minimal 96 kilometer,” kata Nina Kemala Sari, anggota staf Divisi Geriatri, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.

Aktivitas itu, antara lain, tawaf (berjalan mengelilingi Kabah), sai (berlari kecil antara Bukit Safa dan Marwa), melontar jumrah hingga wukuf di Padang Arafah. ”Ketahanan fisik seseorang, baik stamina otot maupun kardiovaskular, berkurang dengan bertambahnya usia,” katanya.

Para lansia rentan mengalami stres fisik dan metabolik sehingga mudah terserang infeksi, cedera, mengalami masalah psikologi, hingga kematian.

Menurut Nina, ketahanan fisik harus dilatih sejak di Tanah Air dengan berolahraga secara teratur dan berkesinambungan. Olahraga yang disarankan adalah berjalan kaki dengan kecepatan 6-8 kilometer per jam.

Direktur Pembinaan Haji dan Umrah, Kementerian Agama, Ahmad Kartono mengatakan, jemaah yang uzur akan didampingi petugas haji untuk menjalankan ibadah.

Anggota Staf Divisi Alergi Imunologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM, Iris Rengganis, mengingatkan, jemaah lansia rentan terserang influensa akibat menurunnya daya tahan tubuh. Sebanyak 94 persen kematian akibat influensa terjadi pada kelompok usia di atas 60 tahun.

Banyak dan padatnya jemaah haji membuat influensa mudah menular ke jemaah lain. Influensa tersebar di seluruh dunia dengan virus yang selalu berubah sepanjang tahun.

”Karena itu, selain divaksin meningitis yang wajib, jemaah sebaiknya juga divaksin influensa. Vaksin ini tak akan membebaskan jemaah 100 persen dari influensa. Tetapi, jika mereka terserang influensa, dampaknya tak akan terlalu parah,” Kata Iris.

Anggota staf Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI-RSCM, Dwiana Ocviyanti, mengatakan, bagi jemaah perempuan yang ingin menunda haid demi kelancaran ibadah, sebaiknya segara berkonsultasi dengan dokter untuk menentukan obat yang terbaik. Penggunaan obat penunda haid sebaiknya dilakukan 3 bulan sebelum berangkat untuk mengetahui efektivitas obat dan reaksi tubuh serta teknik penundaan haid yang baik bagi tubuh. (MZW)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com