Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wajarkah Penderita Demensia Jadi Pelupa?

Kompas.com - 20/09/2011, 07:08 WIB

Martina WS Nasrun

Wajah-wajah orang dengan demensia (”Faces of Dementia”) adalah tema World Alzheimer Day 2011 yang dicanangkan oleh Alzheimer Disease International–www.alzheimer.co.uk. Berbagai bentuk dan gejala pada orang dengan demensia dapat terlihat di sekitar kita, baik dalam keluarga, tetangga, maupun di lingkungan kerja.

Gejala orang dengan demensia yang paling mencolok adalah pelupa yang melampaui batas kewajaran. Yakni, sangat sering lupa sampai membuat aktivitas keseharian terganggu, dan tidak mampu lagi melakukan pekerjaan ataupun merawat diri. Lupa pada demensia terutama adalah lupa untuk hal-hal terkait peristiwa (memori episodik) dan kesulitan menyebutkan nama benda.

Gejala lain adalah sering keliru dan salah bertindak dalam membuat keputusan, seperti menentukan waktu (siang/malam), tidak bisa menggunakan peralatan rumah tangga, lupa menyimpan barang atau meletakkan di tempat yang tak biasa, tidak mengenali orang atau rumah sendiri.

Adanya penyandang demensia dalam keluarga akan memengaruhi keharmonisan hubungan inter-personal, kesulitan berkomunikasi, dapat timbul ketegangan, bahkan konflik atau berbantahan. Terlebih jika anggota keluarga tidak memahami bahwa perilaku penyandang demensia itu sebenarnya adalah gejala penyakit demensia Alzheimer yang sebaiknya ditanggulangi. Sikap dan respons pendamping penyandang demensia menentukan persepsinya. Yakni, menganggap kerepotannya adalah beban atau justru menjadi kesempatan berbakti.

Bisa saja penyandang demensia adalah orangtua kita, nenek, kakek, sanak saudara, tetangga, guru—orang yang kita kagumi dan hormati—yang dulu menjadi panutan bagi kita. Mereka kini seolah berubah total menjadi orang yang berbeda meskipun fisiknya tetap serupa.

Bisa jadi terpikir oleh keluarga penyandang, apakah hal ini kutukan, tenung, atau guna-guna? Di awal perjalanan demensia Alzheimer, seringkali anggota keluarga belum menyadari sepenuhnya bahwa pelupa dan perubahan perilaku orang yang kita sayangi itu adalah gejala kepikunan tidak wajar, yaitu sindrom demensia yang dapat disebabkan oleh penyakit Alzheimer (60 persen), stroke, Parkinson, HIV-AIDS, ataupun penyakit lain.

Kondisi Indonesia

Saat ini, jumlah penyandang demensia di Indonesia hampir satu juta orang. Sebagian besar demensia tipe Alzheimer yang gejala dininya berupa pelupa dan kesulitan visuospasial sering terlewatkan sehingga sulit mengetahui waktu pasti munculnya penyakit. Biasanya penyandang dibawa ke rumah sakit (RS) atau ke dokter karena penyakit lain, seperti stroke, diabetes, depresi, hipertensi, atau kolesterol. Ketika diperiksa dokter baru disadari telah ada proses demensia. Angka kejadian demensia di Asia Pasifik adalah 4,3 juta per tahun (2005) yang akan meningkat menjadi 19,7 juta per tahun pada 2050. Artinya, laju demensia adalah 1 kasus baru setiap 7 detik.

Umumnya, penyandang demensia dibawa ke RS sebab ada perilaku yang membuat keluarga tidak nyaman, seperti terlalu ramah atau sebaliknya marah-marah, curiga berlebihan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com