Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cakupan Imunisasi DPT Tidak Sesuai Target

Kompas.com - 11/10/2011, 10:59 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Wabah penyakit difteri yang saat ini merebak di Jawa Timur telah ditetapkan sebagai kejadian luar biasa (KLB) oleh pemerintah daerah setempat. Upaya pencegahan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium Diphteriae ini sebenarnya telah dilaksanakan sejak tahun 1987 dengan cakupan imunisasi yang tinggi. Diharapkan, dengan cakupan imunisasi yang tinggi, penyakit akan menghilang dan menjadi langka.

Hal itu diungkapkan Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr. Badriul Hegar, Sp.A (K), melalui pesan elektronik, kepada Kompas.com, Selasa, (11/10/2011).

"Cakupan imunisasi yang menurun dapat menjadi penyebab timbulnya kasus baru. Oleh karena itu, sangat penting mempertahankan cakupan imunisasi yang tinggi. Anak harus diimunisasi," ujarnya.

Menurutnya, difteri adalah penyakit yang dapat menular dengan mudah. Bila ada seorang anak yang terinfeksi difteri, maka akan cepat menularkan kepada anak lainnya. Disamping itu, adanya mutasi dari kuman difteria juga bisa menjadi penyebab berkembangnya wabah difteri di Jawa Timur. Namun, menurutnya, hal tersebut harus ada pembuktian lebih lanjut.

"Cakupan Imunisasi DPT tidak mencapai target sebagaimana ditetapkan, yaitu di atas 80% target," kata Badriul.

Selain cakupan imunisasi yang kurang memadai, masih banyaknya orang tua yang enggan memberikan imunisasi kepada anak-anak mereka juga menjadi alasan kenapa penyakit ini muncul kembali dan mewabah. Padahal, imunisasi telah disediakan secara gratis di Puskesmas atau Posyandu.

"Mengapa demikian, tentunya kita perlu mencari tahu penyebabnya. Salah satu yang sangat disayangkan adalah adanya isu-isu negatif tentang imunisasi. Kalau sudah ada keadaan seperti ini, tentunya masyarakat sendiri yang rugi," paparnya.

Mengingat lebih banyak diderita oleh anak-anak, Badriul mengimbau kepada para orang tua untuk mengetahui gejala awal perkembangan penyakit ini.

"Gejala awal berupa demam tidak tinggi, nyeri tenggorokan, amandel tertutup selaput putih, nafas berbunyi. Segera bawa ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut, dan apabila dicurigai dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium apus tenggorok," jelas Badriul.

Saat ini, difteri sudah menjangkiti 34 kabupaten/kota di Jawa Timur. Jumlah penderita difteri yang terpantau saat ini bertambah dari 328 orang menjadi 333 orang. Sebagian besar adalah anak-anak. Kabupaten yang belum terjangkit adalah Ngawi, Pacitan, Magetan, dan Trenggalek. Guna menekan angka kematian dan kesakitannya, Pemprov menyediakan anggaran Rp 8 miliar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com