Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WHO: Keracunan Makanan Bisa Jadi Wabah Global

Kompas.com - 14/10/2011, 07:47 WIB

Kompas.com - Perdagangan global mungkin berdampak positif pada perekonomian, tetapi di lain pihak ada bahaya kesehatan yang tersembunyi, yakni dunia semakin rentan pada wabah penyakit akibat bahan pangan yang terkontaminasi.

Bukan hanya itu, penyelidikan sumber wabah juga menjadi sulit karena dalam satu kaleng makanan bisa terkandung bahan-bahan pangan yang berasal dari berbagai negara dan didistribusikan melalui rantai penyediaan global yang kompleks.

"Wabah akibat keracunan makanan menjadi ancaman yang besar di dunia yang terikat oleh perdagangan internasional bervolume amat besar," kata direktur WHO Margaret Chan dalam konferensi di Singapura untuk meningkatkan kesiapan global melawan ancaman kesehatan.

"Potensi penyebaran geografi dari suatu wabah sangat besar karena penyebarannya terkadang melibatkan banyak negara," katanya.

Salah satu tantangan yang kini dihadapi banyak negara adalah bagaimana mengurangi konsekuensi ekonomi dan kesehatan dari penyakit akibat keracunan makanan, demikian dipaparkan Chan.

Ia menyebutkan salah satu wabah yang terjadi belum lama ini yang diakibatkan oleh strain baru bakteri E.coli telah menginfeksi lebih dari 4.000 orang dan menyebabkan kematian 51 orang di seluruh Eropa serta menyebabkan kerugian besar pada petani sayuran.

Hasil pertanian Eropa seperti tomat, selada, dan cabai manis telah ditarik dari pasaran pada bulan Mei dan Juni karena kekhawatiran akan penyebaran infeksi. Sementara itu Rusia telah melarang import sayuran dari Eropa.

Uni Eropa sendiri menuding bibit tanaman yang diimport dari Mesir sebagai penyebab wabah itu, meski pejabat di Kairo mengaku tidak mau bertanggung jawab.

Asisten direktur jenderal WHO, Keiji Fukuda, mengatakan wabah keracunan makanan sebenarnya bukan hal baru. Namun, yang membedakan dulu dengan sekarang adalah bahan pangan bisa berpindah ke seluruh dunia.

"Dengan demikian jika kita mengonsumsi makanan yang terkontaminasi dari satu negara bisa jadi 100 atau 200 negara ikut terkena. Jadi skala wabahnya sangat besar dan lebih kompleks," kata Fukuda.

Ia menambahkan, kendati risiko yang dihadapi makin besar, namun WHO terus berusaha untuk memastikan pemerintah tiap negara mampu mengatasi masalah ini. "Ini seperti sebuah perlombaan," katanya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com