Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jaga Kebersihan Tangan demi Kesehatan

Kompas.com - 15/10/2011, 13:58 WIB

Kompas.com - Ilmu pengetahuan dan teknologi boleh jadi membuat sebuah bangsa menjadi besar. Tetapi, kemajuan suatu bangsa akan sulit dicapai jika tidak memiliki salah satu fondasi penting, yakni kesehatan.

Namun, kesadaran masyarakat akan arti penting kesehatan belum memadai. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2010, secara nasional persentase penduduk yang merokok setiap harinya sebanyak 28,2 persen, rumah tangga yang memiliki jamban sehat baru 55,4 persen, ibu yang melakukan pemeriksaan kehamilan dengan 6-8 jenis pemeriksaan hanya 56,8 persen, dan kebiasaan mencuci tangan pakai sabun kurang dari 34 persen.

Angka kejadian berbagai penyakit infeksi di Indonesia, seperti diare, thypus, dan disentri juga cukup tinggi. Kejadian luar biasa diare dilaporkan di 16 provinsi pada tahun 2006 (menurut data World Bank). Sementara itu kasus thypus di Indonesia rata-rata mencapai 900.000 kasus pertahun dan 91 persen terjadi pada usia 3-19 tahun.

Padahal, penyakit-penyakit infeksi itu bisa dicegah dengan langkah sederhana dan murah seperti mencuci tangan pakai sabun. Sebuah studi yang dilakukan Katie Greendland dari London School of Hygiene & Tropical Medicine, Inggris, menemukan, kebiasaan mencuci tangan pakai sabun di saat penting dapat mencegah kejadian diare sampai 47 persen.

Sebaliknya, tidak melakukan cuci tangan pakai sabun di saat-saat penting bisa menyebabkan diare, termasuk kolera, radang paru, pandemi influenza, infeksi kelahiran baru, dan infeksi di antara penderita AIDS.

"Bakteri penyebab diare sebenarnya berasal dari kotoran manusia yang dibawa lalat, air, tanah, dan jari tangan yang mencemari makanan yang. Pencegahannya sederhana sekali, yakni sanitasi yang baik dan mencuci tangan pakai sabun," katanya dalam media edukasi yang diadakan PT.Unilever Indonesia di Jakarta (14/10/11).

Badan kesehatan dunia (WHO) juga menyatakan bahwa kedua tangan kita merupakan jalur utama masuknya kuman penyakit ke dalam tubuh. Itu sebabnya, selain menjalankan gaya hidup sehat, kebiasaan mencuci tangan dengan sabun akan mengurangi dan mencegah timbulnya penyakit.

Tetapi faktanya, masyarakat Indonesia belum menganggap penting kegiatan mencuci tangan. Hal itu tercermin dari penelitian yang dilakukan Yunita Wahyuningrum, peneliti komunikasi kesehatan dari Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health, yang menemukan kurangnya kesadaran dalam aspek kesehatan masyarakat.

Dari penelitiannya terungkap masyarakat baru mencuci tangannya memakai sabun jika tangannya terlihat kotor atau berbau. "Aspek visual menjadi dorongan utama dalam mencuci tangan pakai sabun. Kalau tangan terlihat bersih, maka mereka berpendapat cuci tangan cukup pakai air," katanya.

Ditambahkan olehnya, masyarakat juga masih menganggap mencuci tangan pakai sabun adalah kegiatan yang membuang waktu. "Alasan tidak punya wastafel juga menjadi penyebab utama mengapa banyak orang yang enggan mencuci tangannya," imbuhnya.

Waktu penting

Kathy menjelaskan, cuci tangan pakai sabun hendaknya dilakukan pada waktu-waktu kritis, yakni sebelum makan, sebelum mengolah makanan, setelah membersihkan kotoran bayi, setelah memakai toilet, dan sebelum menyuapi anak.

Mencuci tangan sebelum mengolah makanan bertujuan mencegah penyebaran bakteri penyebab keracunan makanan. Cuci tangan pakai sabun juga wajib dilakukan sebelum dan sesudah mengolah daging mentah.

Sementara itu setelah memakai toilet atau membersihkan popok bayi, cuci tangan pakai sabun akan mengurangi risiko infeksi penyakit seperti hepatitis A dan salmonela.

Dari data riset dalam program Maternal and Child Health Integrated Program yang digagas USAID dan Unilever, terhadap kebiasaan cuci tangan pakai sabun pada ibu-ibu di Serang, Banten, terungkap kebiasaan cuci tangan di waktu-waktu penting masih sangat rendah.

Hanya 5 persen responden yang mencuci tangannya pakai sabun sebelum menyiapkan makanan, 10 persen sebelum makan, dan 1 persen sebelum menyusui. Sementara itu ada 0 persen yang mencuci tangan setelah buang air besar dan saat menyajikan makanan.

"Hasil penelitian ini mendorong Unilever, melalui Lifebuoy untuk melakukan program sosialisasi pentingnya pola hidup bersih dan sehat yang menyentuh anak-anak dan balita," kata Amalia Sarah Santi, senior brand manager Lifebouy, dalam acara jumpa pers Hari Cuci Tangan Sedunia di Jakarta.

Sarah menambahkan, kampanye pola hidup bersih dan sehat yang secara konsisten digagas Lifebuoy sejak tahun 2004, tahun ini mengusung tema Gerakan 21 Hari untuk Membentuk Kebiasaan Sehat.

"Gerakan 21 hari ini untuk membentuk kebiasaan sehat di 5 saat penting selama 21 hari berturut-turut tanpa putus. Tujuannya untuk menjadikan kebiasaan sehat di waktu penting ini menjadi perilaku sehat dalam kehidupan sehari-hari," paparnya.

Menurut Sarah, rangkaian kegiatan untuk mendukung gerakan ini pun sudah berjalan sesuai program, antara lain pelatihan untuk para kepala sekolah atau guru, pemilihan dokter cilik, serta seminar di tingkat nasional.

"Kami juga menyediakan perangkat yang edukatif dan fun untuk anak-anak agar mereka tidak bosan dan terus termotivasi untuk melakukan kebiasaan sehat selama 21 hari," imbuhnya.

Menanggapi Gerakan 21 Hari untuk Membentuk Kebiasaan Sehat ini, Yunita optimis akan berhasil. "Pada dasarnya masyarakat mau melakukan cuci tangan pakai sabun, tetapi memang perlu proses untuk mengubahnya," katanya.

Dia juga berpendapat gerakan tersebut akan lebih efektif karena objek utama gerakan itu adalah anak-anak sekolah. "Mereka lebih mudah menangkap hal-hal baru. Selain itu jika anak-anak yang mengingatkan orangtuanya dinilai lebih efektif karena anak-anak dinilai lebih jujur," katanya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com