Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perlu Tambahan Varietas Obat Skizofrenia

Kompas.com - 17/10/2011, 11:26 WIB

Kompas.com - Riset pada tahun 2007 menunjukkan bahwa 11,6% warga Indonesia menderita gangguan jiwa ringan dan 0,46% menderita gangguan jiwa berat. Meski angka tersebut terbilang cukup besar, ternyata penanganan terhadap Orang Dengan Masalah Kejiawaan (OMDK) belum maksimal, salah satunya masalah obat.

"Jumlah obat yang ada saat ini masih terbatas. Ini masalah sebab kita mengkonsumsi obat dalam jangka waktu lama. Kalau kita sudah minum satu obat dalam 5 tahun, kadang kita merasa obatnya sudah tidak mempan lagi," kata Suhari, salah satu ODMK.

Suhari mengatakan, varietas obat saat ini harus ditambah, terutama jenis obat injeksi. Menurutnya, obat injeksi lebih efektif daripada obat oral sebab bisa menjaga ODMK tetap dalam kondisi "stabil" dalam jangka waktu yang lebih lama.

"Jenis obat injeksi yang termasuk murah saat ini baru ada 2. Itu sekali suntik 250 ribu rupiah setiap 2 minggu atau 4 minggu. Saya usulkan jumlah itu ditambah," ucap Suhari ketika ditemui dalam ajang Biennale#14.2011, Minggu (16/10/2011) di Taman ismail Marzuki, Jakarta.

Penambahan varietas obat terutama diharapkan untuk jenis obat yang lebih terjangkau harganya. Suhari mengungkapkan, obat antispikotik saat ini memang banyak jenisnya, namun banyak obat baru berharga mahal sehingga tak mampu dijangkau penderita.

"Kalau kita ke dokter, memang kita ditawari untuk memakai obat yang lama atau yang baru. Obat yang baru memang bagus tapi harganya bisa 1 jutaan per kali suntik. Ini kita nggak kuat. Belum kita membayar dokter dan psikiater," tambah Suhari.

Lebih lanjut, Suhari menambahkan bahwa saat ini rata-rata obat antipsikotik yang beredar adalah obat paten. Obat generik memang ada namun merupakan jenis yang ditemukan tahun 50-60an. Ketika memakai obat tersebut, penderita mengalami efek samping berupa tubuh gemetar.

Pengadaan obat merupakan salah satu kunci sukses dalam menangani pasien skizofrenia. Suhari menuturkan, beragam cara seperti membuat penderita menyalurkan hobi bisa diupayakan, namun tanpa obat, semua upaya akan sia-sia.

Suhari adalah salah satu ODMK yang aktif dalam forum Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia di jejaring sosial Facebook. Di sana, ia menjadi semacam "konsultan" bagi para penderita skizofrenia atau gangguan jiwa lain yang kurang mendapatkan informasi.

Suhari sebelumnya secara aktif mendalami kondisi kejiwaannya. Proa yang akrab disapa "Prof" ini belajar secara mandiri dengan masuk ke perpustakaan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia serta berdiskusi dengan mahasiswa di sana.

Menurut Suhari, salah satu elemen terpenting yang mesti dimiliki oleh penderita Skizofrenia adalah kesadaran akan penyakitnya dan motivasi untuk berobat. Untuk mengupayakannya, dukungan keluarga menjadi sangat penting.

"Dalam penanganan Skizofrenia, ada istilah biopsikososial. Bio-nya lewat obat-obatan. Tapi psikologis dan sosial ini harus diupayakan terutama oleh keluarga," ungkap Suhari. Obat memang penting, tapi obat saja tidak cukup untuk menangani.  

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com