Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hepatitis A di Depok Tidak Biasa

Kompas.com - 09/11/2011, 07:02 WIB

Depok, Kompas - Penyebaran virus hepatitis A di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Depok tergolong kejadian tidak biasa. Serangan virus seperti ini jarang terjadi di satu tempat dalam waktu kurang dari satu bulan. Sebagian kalangan menduga kuat, peristiwa ini terjadi karena lingkungan sekolah telah terkontaminasi oleh penderita sebelumnya.

”Hepatitis A termasuk penyakit yang dipengaruhi riwayat penderita sebelumnya. Jika lingkungan terkontaminasi penderita sebelumnya, dengan mudah penyakit ini merebak,” kata anggota Kelompok Kerja Hepatitis Nasional, Prof Dr David Handojo Muljono, Selasa (8/11).

Virus hepatitis A merebak di SMK Negeri 2 Depok dua minggu terakhir, yang menyebabkan 68 orang sakit. Beberapa siswa masih menjalani perawatan di rumah sakit dan di rumah.

Menurut David, mereka yang sudah terserang sebaiknya diisolasi, istirahat cukup, dan diberikan makanan bergizi. Pada saat bersamaan, lingkungan sekolah harus disterilkan dan dibersihkan.

Kendati serangan virus tersebut dapat sembuh sendiri, dia mengingatkan bahwa hal ini tak bisa dianggap remeh. Pada penderita lever, serangan hepatitis A dapat mengakibatkan dampak lebih buruk pada fungsi hati.

Dalam banyak kasus, virus hepatitis A muncul musiman, biasanya terjadi pada pergantian musim seperti saat ini dari kemarau panjang ke musim hujan.

Secara terpisah, penasihat Pengurus Besar Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia, yang juga konsultan gastroenterologi-hepatologi, Unggul Budihusodo mengingatkan Pemerintah Kota Depok agar segera memastikan jenis hepatitis yang dialami ke-68 siswa SMK Negeri 2 Depok melalui uji laboratorium dengan benar.

Menurut dia, setiap jenis hepatitis, yaitu A, B, dan C, memiliki tingkat bahaya dan implikasi yang berbeda.

”Jika dilihat kejadiannya bersamaan, bisa jadi yang menyerang adalah hepatitis A. Namun, itu harus dipastikan,” ujarnya.

Sumber penyebaran hepatitis A adalah virus pada tinja penderita yang buang hajat di sembarang tempat, atau tidak membersihkan diri dengan benar. Akibatnya, virus menyebar ke mana-mana, mulai dari sayuran yang disiram dengan air yang tercemar virus hepatitis A, makanan atau minuman yang tidak dimasak sempurna, tukar-menukar alat makan atau minum, hingga mengonsumsi es batu yang bahannya air mentah.

Hepatitis A akan sembuh sendirinya dengan istirahat total selama sekitar 2 minggu. Namun, jika kualitas istirahatnya tidak baik, proses penyembuhan bisa mencapai 2-3 bulan. Ada pula jenis hepatitis A yang ganas dan bisa menyebabkan kematian, tetapi kemungkinannya hanya 1 berbanding 1.000.

Kebiasaan buruk

Selasa pagi, kegiatan belajar di SMK Negeri 2 Depok tidak ada, tetapi sebagian guru tetap hadir di sekolah. Dinas Pendidikan Depok memutuskan meliburkan kegiatan belajar selama seminggu sejak Selasa untuk mencegah dampak lebih buruk dari penyebaran virus hepatitis A.

Sekolah ini tidak memiliki kantin, sementara tempat jajan yang ada semuanya ada di luar pagar sekolah. Kondisi sanitasi sekolah tidak begitu baik, air kamar kecil terlihat keruh, sebagian tidak berfungsi.

Menurut Dian Kurnia Utami, guru SMK Negeri 2 Depok, sebagian siswa juga memiliki kebiasaan buruk ketika makan dan minum. ”Mereka suka makan dan minum bersama-sama. Misalnya, satu botol air mineral, mereka minum untuk empat orang. Mereka merasa nyaman melakukan itu karena lebih merasakan kebersamaan,” ujarnya.

Hingga Selasa belum ada upaya pembersihan lokasi sekolah. Rencananya, pembersihan dilakukan Rabu (9/11) oleh Dinas Kesehatan Depok. (NDY/MZW)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com